Hidayatullah.com–Awalnya, rakyat Libanon yang menentang Presiden Suriah, Bashar al-Assad sangat menyambut baik datangnya gelombang pengungsi dari tanah Syam atau Suriah tersebut. Akan tetapi sekarang, rakyat Libanon mengeluh karena banyak pengungsi Suriah yang mengambil pekerjaan mereka dan menaikkan harga barang dan jasa di negeri mereka sendiri.
Khalid Nu’man, seorang warga Tripoli di Libanon utara, tidak dapat menyembunyikan kemarahannya kepada pemerintah Suriah. Rasa yang sama dengan Khalid ini juga dirasakan oleh banyak warga di kotanya itu. Mereka masih mengingat kenangan pahit ketika kehadiran militer Suriah di negara mereka.
Bab al-Tibanah, adalah salah satu daerah yang dianggap pendukung revolusi Suriah dan ingin menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad. Karena perasaan marah kepada rezim al-Assad itu, mereka lantas menyambut dengan baik pengungsi yang datang dari Suriah.
Namun kira-kira setelah dua tahun pengungsi Suriah sudah memenuhi Libanon, Nu’man dan warga Libanon di Bab al-Tibanah lainnya mulai merasa sempit dengan kehadiran pengungsi, seperti yang dilansir Aljazeera (18/3/2013) dari surat kabar Lotus Times Amerika Serikat dalam sebuah laporannya dari kota Tripoli, Libanon.
Selanjutnya, pengungsi Suriah di kota ini banyak dijadikan kambing hitam atas rendahnya upah, menurunnya kesempatan kerja, meningkatnya sewa dan harga-harga barang konsumsi serta kebutuhan lainnya.
Kemarahan yang ada dalam diri warga Tripoli ini sekarang juga menjadi kekhawatiran bagi warga Libanon pada umumnya, atas banjirnya pengungsi Suriah. Mereka takut akan rusaknya keseimbangan sosial dan politik yang rapuh di Libanon.*