Hidayatullah.com—Lama tak menampakkan wajahnya di depan publik, hari Rabu (15/01/2014), Presiden Suriah Bashar al-Assad muncul di media Suriah saat melakukan pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javar Zarif.
Dalam pertemuan itu Assad memperingatkan ideologi politik Arab Saudi dan menyebutnya sebagai ancaman bagi dunia.
Pernyataan Assad merujuk paham Wahabi Arab Saudi, yang diklaim salah satu pendukung utamanya kelompok oposisi dan mujahidin Suriah.
“Rakyat Suriah dan sebagian rakyat wilayah ini sudah mengetahui seberapa serius ancaman Wahabisme. Setiap orang harus berkontribusi untuk melawan dan memberantas Wahabisme,” ujar Assad dikutip media Suriah SANA.SY.
Sebut Teroris
Pertemuan dengan Menlu Zarif digelar kurang dari sepekan sebelum pertemuan damai Geneva II yang dirancang untuk mencari solusi damai terhadap konflik Suriah yang sudah menewaskan 130.000 orang itu.
Sementara itu media Syiah-Iran, IRIB, mengatakan pertemuan Mohammad Javad Zarif dengan Bashar al-Assad di Damaskus sebagai kelanjutan dari diplomasi aktif Zarif di kawasan dan kunjungannya ke Libanon, Iraq dan Yordania.
Dalam pertemuan itu Menlu Iran ini mengatakan, selama ini, Tehran selalu berusaha membantu Damaskus (Assad, red) untuk menyelesaikan krisis politik dalam dan masalah kemanusiaan di Suriah.
Menurut Iran, upaya diplomasi untuk menyelesaikan krisis Suriah harus didahului dengan penghentian kerusuhan dan bentrokan sehingga krisis tersebut dapat diselesaikan dengan berdialog. Oleh sebab itu, diperlukan tekad politik bersama dari berbagai negara untuk membasmi kejahatan “kelompok-kelompok teroris”, istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok mujahidin yang berjung guna membebaskan kejahatan kemanusiaan Bashar.
Zarif juga mengatakan tujuan kunjungannya ke Damaskus untuk membantu memastikan konferensi Jeneva II yang dijadwalkan akan digelar pada tanggal 22 Januari di kota Montreux, Swiss.
Nusairiyah
Seperti diketahui, Bashar berkali-kali menyatakan sedang memeranginya “orang-orang beragama ekstrimis dan elemen-elemen jihadi” dan menyebut mereka sebagai “teroris”.
Di saat yang sama, ia berpura-pura tidak mengakui kekejaman tentaranya di bawah kendali minoritas Syiah Alawi (Nusairiyah) dengan melancarkan perang terhadap rakyatnya sendiri yang telah membunuhi ratusan ribu warganya sendiri. Juga keterlibatan milisi Syiah – baik yang dari Iran, Iraq maupun Libanon (keterlibatan tentara Syiah-Hizbullah di bawah kendali Hasan Nashrullah] dalam perang dan pembunuhan warga Suriah sebenarnya sangat mudat didapat. [baca: Lembar Putih Suriah: Lembar Fakta Krisis Kemanusiaan Suriah]
Sebagaimana diketahui, ratusan ribu orang telah menjadi korban kekejaman Bashar al Assad, meski PBB hanya mengakui 100 ribu orang lebih telah syahid dan tewas selama 22 bulan revolusi ini. Sebanyak lebih dari 4000 anak juga syahid karena bom-bom dan mortir-mortir pasukan Bashar.*