Hidayatullah.com–Menyusul protes 12 dekan fakultas kesehatan di Amerika, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan, badan intelijen CIA tidak lagi menggunakan program “kedok” vaksinasi untuk operasi mata-mata.
Gedung Putih hari Senin (19/05/2014) menyatakan jika CIA, sudah tidak akan menggunakan program-program “kedok” imunisasi untuk operasi-operasinya, menyusul keluhan bahwa badan intelijen AS itu telah menggunakannya untuk memburu Usamah bin Ladin.
Caitlin Hayden, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan penasihat keamanan dalam negeri Lisa Monaco telah meyakinkan para dekan itu dalam sebuah surat bahwa kebijakan CIA per Agustus 2013 menekankan bahwa “CIA tidak akan memakai mengadakan operasi menumpang program vaksinasi, termasuk pekerja vaksinasi.”
“Selain itu, badan ini juga tidak akan mencari atau mengeksploitasi DNA atau bahan genetis lainnya yang didapat dari program semacam itu. Kebijakan ini berlaku di seluruh dunia, dan terhadap warga AS maupun non-AS,” ujarnya dikutip Reuters.
Monaco menambahkan bahwa CIA juga setuju untuk tidak menggunakan data genetik yang diperoleh dari berbagai program kesehatan masyarakat seperti vaksinasi.
Sebelumnya, dekan-dekan dari 12 fakultas kesehatan masyarakat telah mengeluhkan laporan bahwa program ‘kedok” vaksinasi yang dilakukan seorang dokter Pakistan, yang menggunakan survei imunisasi hepatitis di sebuah kota di Pakistan tempat tinggal bin Laden, yang kemudian dibunuh dalam misi rahasia AS.
CIA terkenal menggunakan program ‘kedok” vaksinasi sebagai taktik untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan keberadaan Usamah bin Ladin di Pakistan. Mereka mengatakan tak semestinya program kesehatan untuk publik dipakai untuk menutupi operasi mata-mata.
Pada 2011, CIA berupaya mendapatkan sampel DNA anak-anak yang diyakini memiliki hubungan dengan Usamah bin Ladin melalui program vaksinasi hepatitis yang dilakukan oleh dokter Pakistan bernama Shakil Afridi.
Afridi kemudian diadili dan dinyatakan bersalah dengan vonis 33 tahun penjara. Vonis ini dibatalkan, tetapi Afridi masih diharuskan untuk menjalani sidang ulang.
Keterlibatan CIA dalam kegiatan vaksinasi di Pakistan membuat Taliban menjadikan program vaksinasi polio sebagai sasaran serangan dengan alasan mereka yakin vaksinasi ini adalah kedok operasi mata-mata.
Keterlibatan CIA dalam kegiatan vaksinasi di Pakistan membuat pejuang Taliban menjadikan program vaksinasi polio sebagai sasaran serangan dengan alasan mereka yakin vaksinasi ini adalah kedok operasi mata-mata.
Taliban berpendapat bahwa vaksinasi merupakan upaya mata-mata yang terselubung dan berpendapat vaksin polio bisa menyebabkan kemandulan. Penentangan atas vaksinasi polio makin meningkat setelah tewasnya Usamah bin Ladin oleh pasukan khusus Amerika Serikat dalam serangan tahun 2011 di sebuah rumah di Abbotabad.
The New York Times pernah melaporkan pada tahun 2012 , tim vaksinasi dilarang di beberapa wilayah Pakistan.*