Hidayatullah.com–Muammar Qadhafi takut popularitasnya tersaingi oleh bintang olahraga, begitu kata Ketua Pelaksana Komite Olimpiade Nasional Libya Nabil Al Alem.
“Dia tidak suka pemain bintang. Sebaga contoh, untuk beberapa waktu kalian harus memanggil nama pemain dengan nomor punggungnya, bukan namanya,” kata Al Alem seperti dikutip Reuters (08/10/2011).
Selama berpuluh tahun kekuasaan Qadhafi, atlet dan pengurus olahraga direcoki dengan campur tangan pemerintah, termasuk korupsi, pembatasan perjalanan dan minimnya pendanaan.
“Qadhafi tidak tahu apa-apa tentang olahraga,” katanya. “Dia mau mengeluarkan uang jutaan untuk terorisme, atau membayar seseorang untuk menulis lagu tentangnya, tapi tidak untuk olahraga.”
Salah satu bentuk campur tangan rezim Qadhafi terhadap olahraga adalah dalam cabang sepakbola, di mana Saadi — putra Qadhafi yang gila bola — menjadi kapten tim nasional Libya.
“Dalam sepakbola, kadang Saadi akan memanggilmu dan berkata ‘jangan bermain dalam pertandingan itu’, atau ‘jangan latih orang itu’,” kata Al Alem, yang pernah memimpin organisasi sepakbola nasional Libya.
Sejak putra Qadhafi melarikan diri ke Aljazair, komite olimpiade dipegang oleh Al Alem.
Dia berharap, dengan kepergian rezim Qadhafi, para pemimpin Libya yang baru akan memberikan perhatian yang lebih baik bagi olahraga di negaranya.
Libya menang 1-0 atas Mozambique dalam pertandingan sepakbola awal bulan lalu. Itu adalah kemenangan besar yang pertama diraih Libya pasca kelompok pemberontak berhasil menguasai ibukota Tripoli.*