Hidayatullah.com–Di 10 negara dari 21 negara Arab tidak akan ada pemilihan presiden Suriah yang diselenggarakan rezim Bashar al Assad, yang penyelenggarannya di luar negeri mulai Rabu depan.
Ada berbagai sebab tidak diadakannya Pemilu ini di 10 negara itu. Beberapa negara ini telah menutup kedutaan Suriah menyusul terjadinya revolusi Suriah, dan di beberapa negara itu pada dasarnya memang tidak ada utusan diplomatik atau kedutaan Suriah. Demikian rilis Mufakkiroh Al-Islam Rabu, (21/05/2014).
Dijelaskan Nizar Al-Haraki – Duta Besar dari pihak koalisi oposisi Suriah di Doha – bahwa pemilihan presiden Suriah yang dimaksudkan oleh rezim Assad untuk mempertahankan kekuasaannya tidak akan diadakan di tiga negara Teluk Arab: Qatar, Kuwait dan Arab Saudi, sementara itu akan diadakan di 3 negara Teluk lainnya: Bahrain, Oman dan Uni Emirat Arab.
Dia mengatakan bahwa penyebab tidak diselenggarakan Pemilu itu di Doha karena telah ditutupnya Kedutaan Suriah di Doha, berdasarkan keputusan negara Qatar tahun 2011, sementara Kedutaan Suriah di Kuwait dan Riyadh belakangan ditutup berdasarkan keputusan dari rezim Assad, dengan alasan bahwa kedua negara itu “terlibat dengan pihak oposisi “.
Sementara itu, sumber resmi di Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan, “Tidak akan diadakan pemilihan presiden Suriah di wilayah Mesir.”
Pada saat yang sama, sumber diplomatik Libya mengatakan bahwa Libya juga tidak akan mengadakan pemilihan presiden Suriah di negara itu karena ketiadaan kedutaan Suriah.
Sebagaimana pemerintah Tunisia yang juga mengumumkan bahwa negara itu tidak akan mengadakan Pemilu itu di wilayahnya.
Negara-negara lainnya yang tidak ada Pemilu itu karena memang pada dasarnya tidak ada perwakilan diplomatik Suriah.
Keputusan rezim Assad untuk menyelenggarakan pemilihan presiden dalam keadaan seperti sekarang ini telah menimbulkan kontroversi. Pihak oposisi telah mengkritik pelaksanaan Pemilu pada saat-saat ini, dimana Pemilu ini syarat-syaratnya ditentukan oleh rezim Assad, dengan mengenyampingkan pihak oposisi yang berada di luar negeri dari pencalonan.
Negara-negara mediator menganggap bahwa penyelenggaraan Pemilu ini dapat menghentikan semua solusi damai. Dengan pencalonan Bashar al-Assad dalam pemilihan presiden ini membuat Utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah Al-Akhdhar Al-Ibrahimi mengundurkan diri dari tugasnya dan menyatakan kegagalan misinya*