Hidayatullah.com—Presiden Suriah Bashar Al-Assad menang mutlak dalam pemilihan presiden dengan meraup 88,7% suara, kata jurubicara parlemen Mohammad Al-Laham.
Kemenangan itu memberikannya perpanjangan waktu untuk berkuasa hingga 7 tahun ke depan, meskipun saat ini sedang berkecamuk perang saudara yang muncul akibat ketidakpuasan rakyat terhadap kepemimpinannya.
Ketua Mahkamah Konstitusi hari Rabu (4/6/2014) mengatakan, partisipasi aktif pemilih dalam pilpres kali ini mencapai 73,42%.
Dua rival Assad, Hassan Al-Nouri dan Maher Hajjar masing-masing meraih 4,3% dan 3,2% suara.
Menurut Fawas Gerges, seorang pakar Timur Tengah di London, pemilu kali ini merupakan “kulminasi dari akumulasi kemenangan Assad.”
“Oposisi kelihatan tidak bisa benar-benar mengubah keseimbangan kekuatan di lapangan,” katanya kepada Aljazeera.
“Sekutu oposisi –Amerika Serikat dan lainnya– tidak sesolid dan berkomitmen sebagaimana sekutu-sekutu Assad. Sekutu Assad –Iran, Rusia, Hizbullah– mati-matian mempertahankan Assad pada jabatannya.”
Untuk pertama kalinya selama berpuluh-puluh tahun ada 3 kandidat presiden dalam Pemilu 2014 ini. Pemilu-pemilu sebelumnya, kandidat presiden hanya satu yaitu Bashar atau ayahnya, Hafez Al-Assad, yang menjadi presiden sebelum Bashar.
Sebelumnya pada hari Rabu kemarin di Libanon, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan bahwa pilpres di Suriah tahun ini tidak ada artinya, “Nol besar.”
Sedangkan Uni Eropa menilainya sebagai pemilu yang tidak memiliki legitimasi.*