Hidayatullah.com–Presiden Yaman Abd-Rabbuh Mansour Hadi telah mundur dari jabatannya bersama dengan perdana menteri dan kabinetnya, menyusul krisis politik akibat ulah pemberontak Syiah Hautsi yang menguasai ibukota Sanaa.
Beberapa jam setelah Hadi mengundurkan diri, otoritas di empat provinsi di selatan Yaman yang dulu independen, termasuk kota utamanya Aden, mengatakan akan mengabaikan seluruh perintah militer dari Sanaa.
Komite yang bertanggungjawab atas urusan militer dan keamanan di wilayah Aden, Abyan, Lahej dan Daleh –yang loyal kepada Hadi– mengecam “peristiwa-peristiwa tragis yang terjadi di Sanaa dan sama sekali tidak menerima tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh orang-orang Hautsi, kelompok pemberontak Syiah bersenjata yang sejak September menduduki ibukota Sanaa.
Hadi mengundurkan diri pada hari Kamis (22/1/2015), sehari setelah dia dan pemberontak Syiah Hautsi mengumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri krisis politik yang mencengkram negeri Yaman.
Juru bicara pemerintah Rageh Badi mengatakan bahwa kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Khalid Bahah menyerahkan pengunduran dirinya kepada Hadi pada hari Kamis (22/1/2015) tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, lansir Associated Press. Setelah itu tak lama kemudian Hadi meletakkan jabatan presidennya.
Koresponden Aljazeera di Yaman mengatakan Hadi “telah menerima semua tuntutan” yang diajukan oleh Hautsi. Tetapi, para pemberontak itu tidak memenuhi janji yang dibuatnya pada hari Rabu untuk menarik pasukan Syiah dari kediaman presiden dan melepaskan kepala staf Hadi, Ahmad Awad bin Mubarak, yang diculik orang-orang Syiah pada hari Sabtu lalu.
Pemerintahan Yaman yang dipimpin PM Bahah dibentuk bulan Nopember lalu sebagai bagian dari kesepakatan damai yang dijembatani oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, setelah pasukan pemberontak Syiah menyerbu ibukota pada September 2014.
Lewat laman Facebook, Bahah mengatakan bahwa pemerintah mengundurkan diri, karena tidak ingin terseret kekacauan politik di Yaman sekarang ini dan yang akan datang.
Sejak lama orang-orang Syiah di Yaman mencari peluang untuk menguasai negeri itu, yang di masa lalu pernah terpecah menjadi Yaman Utara dan Yaman Selatan.*