Hidayatullah.com—Para penerjemah lepas yang bekerja untuk lembaga-lembaga Uni Eropa meminta agar majikannya memberikan dukungan finansial kepada kolega mereka yang kehilangan pekerjaan akibat dampak wabah coronavirus.
Hari Rabu (3/6/2020), mereka menggelar protes simbolis di depan gedung Komisi Eropa meminta agar Uni Eropa “mempraktikkan apa yang mereka sering serukan” yaitu solidaritas, lapor Euronews.
Sejak bulan Maret, sekitar 1.200 penerjemah lepas tidak mendapatkan tugas kerja dari hari ke hari.
“Kami ditelantarkan, dan ini sungguh ironis mengingat begitu banyak rapat yang kami ikuti dan berbicara kepada banyak orang dalam berbagai bahasa berbeda tentang solidaritas, dan sekarang kami tidak mendapatkan manfaat dari solidaritas ini,” kata salah seorang pengunjuk rasa kepada Euronews.
Pandemi coronavirus secara drastis mengurangi pertemuan tatap muka yang biasanya melibatkan penerjemahan berbagai bahasa secara simultan. Hal ini mengakibatkan banyak penurunan jumlah pekerjaan bagi para penerjemah, yang secara verbal mengalihbahasakan pidato dan pembicaraan bagi para politisi dan aparatur pemerintah.
Meskipun mereka bekerja untuk institusi-institusi Uni Eropa, tetapi karena statusnya yang hanya penerjemah lepas maka mereka tidak termasuk dalam skema nasional untuk pengangguran di Belgia, negara di mana hampir semua kantor-kantor penting Uni Eropa berada.
Maria, salah satu orang yang hadir dalam aksi protes itu, sudah bekerja sebagai penerjemah lepas bagi institusi-institusi Uni Eropa sejak 2018.
“Untuk tiga bulan ke depan saya tidak memiliki pendapatan pasti. Kami semua menjadi stres karena kami tidak yakin dengan apa yang akan terjadi di masa depan,” ujarnya.
Bagian kepegawaian institusi Uni Eropa menawarkan bayaran rata sekitar 1.400 euro untuk sampai tiga hari bekerja antara bulan Maret dan Desember tahun ini.
International Association of Conference Interpreters (AIIC), yang mewakil penerjemah lepas yang terakreditasi untuk bekerja di lembaga Uni Eropa, mengatakan tawaran kompensasi UE itu tidak memadai.
AIIC mengatakan tidak ada negosiasi kolektif yang mereka terima, dan bahwa UE hanya berurusan dengan penerjemah lepas per individu (bukan kolektif).
Euronews meminta komentar dari Komisi UE tentang masalah tersebut, tetapi permintaan itu belum dibalas.*