Hidayatullah.com—Media Iran, Irib memberikan dukungan kepada pemberontak Syiah Hautsi (Syiah Al Houthi) yang kini telah menguasai Yaman.
Dalam pemberitaannya, Irib menyebutkan dukungan terhadap pemberontak Syiah Hautsi (Al-Houthi) terus mengalir dengan mengutip pernyataan tokoh Syiah Yaman, Abdul Malik Badruddin al-Houthi.
“Pemimpin kubu Ansarullah Yaman menilai perlawanan bersenjata di negara ini merupakan langkah yang urgen, “ demikian tulis Irib.
Sebelumnya, seperti ditulis laman al-Youm al-Sabe cetakan Mesir, Abdul Malik pada hari Selasa (27/01/2015) dalam pidatonya mengatakan, rancangan draf undang-undang dasar di Yaman dinilai sebuah konspirasi yang tidak memberi bantuan sama sekali terhadap proses transisi kekuasaan damai.
Pemberontak Syiah menilai perlawanan bersenjata kelompoknya adalah langah urgen dan rakyat Yaman harus mendukungnya.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) hari Senin, (26/01/2015), mengumumkan penutupan kedutaannya di Yaman untuk umum sampai pemberitahuan lebih lanjut karena masalah keamanan.
“Karena pengunduran diri presiden Yaman, perdana menteri, dan kabinet, dan masalah keamanan yang sedang berlangsung, kedutaan besar AS di Sana’a tidak mampu memberikan pelayanan konsuler rutin dan memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk membantu kasus-kasus darurat yang melibatkan warga negara AS,” kata kedutaan di situsnya.
Masuknya Al-Qaidah
Pasca, mundurnya Presiden Yaman Abd-Rabbuh Mansour Hadi dan seluruh kabinet sejak hari Jum’at (23/01/2015), 24 jam setelah itu pemberontak Syiah Hautsi (Syiah Houthi) menduduki kompleks presiden di Sana’a.
Pengunduran diri memberikan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk minoritas pemberontak dataran tinggi utara Yaman ini.
Jalan-jalan di ibukota Yaman dipenuhi pos pemeriksaan, hampir seluruh daerah dikendalikan oleh pemberontak Syiah. Tidak seperti pasukan pemerintah, berbekal senapan serbu AK-47pemberontak SYiah biasanya hanya mengenakan pakaian suku-Syal menutupi muka dan kain bawahan yang dikenal sebagai ma’awaz.
Pemberontak Syiah telah memiliki ribuan milisi bersenjata dan telah menguasai Departemen Keuangan dan Bank Sentral. Secara bersamaan mencoba menjalankan sistem peradilan dengan sebutan “kantor pengaduan” yang dipimpin oleh Abdul Karim Amiruddin Badruddin al-Houthi, keponakan dari pemimpin Syiah Abdul Malik al-Houthi.
Di Timur ibukota, pemberontak Syiah juga telah mengawasi beberapa sumur minyak dan Gas di wilayah Marib.
Krisis politik juga membuka pintu untuk perang habis-habisan memperebutkan ibukota Yaman, melibatkan faksi-faksi Sunni dan Al-Qaedah di Semenanjung Arab (AQAP).
Dalam videonya belum lama ini Nasser bin Ali Al-Ansi Hafidhahullah, seorang pejabat senior AQAP mengatakan bahwa pihaknya telah membuat kemajuan yang mantap terhadap pemberontak Syiah Hautsi/Houthi dan menegaskan AQAP sedang berusaha memperluas wilayah geografis dengan melancarkan serangan. Ia juga meminta umat Islam untuk mendukung AQAP dalam memerangi pemberontak Hautsi.*