Hidayatullah.com—Tariq Aziz, yang mewakili rezim Saddam Hussein di kancah dunia selama bertahun-tahun, telah meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Iraq, kata pejabat Baghdad. Pemerintah Amman telah menyetujui pemakamannya di Yordania.
Hari Sabtu (6/6/2015) Pemerintah Amman mengatakan bahwa Aziz akan dimakamkan di wilayahnya, setelah menyetujui permintaan dari keluarganya yang ingin bekas penasihat Saddam Hussein itu dimakamkan di Yordania.
“Pemerintah Yordania telah menerima permintaan dari keluarga Tariq Aziz untuk membawa mayatnya guna dikuburkan di sini di Yordania atas dasar kemanusiaan,” kata seorang pejabat seperti dikutip AFP.
Yordania sedang dalam proses menghubungi pihak Iraq terkait hal tersebut.
Putra Aziz, Ziad, kepada AFP mengatakan bahwa keluarganya belum mendengar dari pemerintah Iraq atau kedutaannya di Amman tentang apakah mereka dapat mengambil mayatnya atau menguburkannya di Yordania.
Dia mengatakan dia hanya tahu di mana keberadaan jasad ayahnya hanya lewat informasi dari televisi Iraq, bahwa mayatnya telah dipindahkan ke Nasiriyah, tempat di mana ayahnya dipenjara.
“Tapi tidak seorang pun yang menghubungi ibu saya yang sekarang sedang berada di Baghdad untuk mengetaui apakah dia bisa mengambil jasadnya,” imbuh Ziad.
Aziz meninggal karena serangan jantung.
Sejak lama kondisi kesehatannya buruk, dia menderita gangguan pada pernafasan dan jantungnya, tekanan darah tinggi serta diabetes. Keluarganya berulangkali meminta agar Aziz dikeluarkan dari penjara.
Aziz, 79, dulu menjabat sebagai menteri luar negeri dan wakil perdana menteri, merupakan orang dekat dan penasihat Saddam Hussein.
Aziz, yang ketika itu menjabat menteri luar negeri, menyerahkan diri kepada tentara Amerika satu bulan setelah Washington memulai invasinya ke Iraq Maret 2003 guna menyingkirkan Saddam Hussein. Pada tahun yang sama keluarga Aziz menyelamatkan diri ke Yordania dan mereka tinggal di ibukota Amman sejak itu.
Aziz menunggu eksekusi mati sejak Oktober 2010, setelah dinyatakan bersalah oleh Mahkamah Agung dalam dakwaan pembunuhan dan kejahatan atas kemanusiaan, memburu politisi-politisi dari partai agama Iraq. Sebagaimana diketahui, kekuasaan Iraq diserahkan Amerika ke tangan politisi Syiah setelah rezim Saddam Hussein jatuh.
Seorang pejabat kesehatan setempat mengatakan kepada wartawan bahwa Aziz dibawa ke rumah sakit dari penjara setelah mengalami serangan jantung. Laporan-laporan awal di media menyebutkan Aziz meninggal di penjara.
Istri Aziz, Violet, mengunjunginya di penjara pada hari Kamis (4/6/2015), kata putri mereka Zeinab kepada Associated Press.
Dia mengatakan ayahnya mengalami stroke beberapa kali sehingga harus duduk di kursi roda dan tidak bisa berbicara ketika istrinya mengunjunginya di penjara.
“Dia tidak bisa bergerak. Dia tidak bisa bicara. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya memandangi (istri)nya,” imbuhnya. “Sungguh sangat menyedihkan dia harus pergi dengan cara seperti ini.”
Aziz, yang fasih berbicara dalam bahasa Inggris, mudah dikenal sosoknya sebagai menteri luar negeri Iraq semasa Perang Teluk 1991 dengan kacamata berframe tebal dan cerutu di mulutnya.
Aziz, seorang penganut Kristen, meskipun memegang jabatan penting dianggap bukan termasuk bagian lingkaran dalam Saddam, oleh karenanya Amerika Serikat tidak memasukkannya ke dalam daftar pejabat rezim Saddam Hussein yang paling diburu.
Sebelum invasi Amerika Serikat ke Iraq, Aziz bertemu dengan Paus Paulus II di Vatikan guna meminta pemimpin Katolik itu menggunakan pengaruhnya membujuk Amerika Serikat supaya tidak menyerang Iraq dan menyerukan perdamaian.*