Hidayatullah.com—Keterlibatan Rusia dan Iran dalam serangan ke wilayah Suriah membantu rezim Presiden Bashar al Asaad menyebabkan situasi di Timur Tengah makin memanas.
Setidaknya sekitar 55 ulama dan akademiksi Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan untuk berjihad memerangi pasukan Rusia di Suriah yang membela rezim Nusyairiyah.
Puluhan ulama Saudi itu menyerukan semua faksi oposisi di Suriah bersatu melawan intervensi militer Rusia yang tidak rela rezim Assad tumbang. Pernyataan yang ditandatangani 55 ulama dan akademiki Saudi itu diterbitkan Sabtu pekan lalu.
”Setelah hampir lima tahun dukungan politik dan militer untuk sistem Nusyairi (rezim Assad) berkurang, di sini Rusia bertujuan sepihak dan pasukan militernya mengganggu untuk melindungi rezim Bashar al-Assad yang akan tumbang,” bunyi pernyataan, seperti dikutip CNN Arabic, Senin (04/10/2015).
Dikutip Al-Arabiya, hari Senin (05/10/2015), sejumlah pengamat menilai, seruan itu berdampak ke Saudi, Negara Teluk, dan pemuda Muslim melawan pasukan Rusia, mengingatkan pertempuran antara Afghanistan dan Uni Soviet.
Para ulama dan akademisi juga mendesak agar oposisi Suriah menyatukan barisan dan meminta yang mampu untuk bertempur dan tidak meninggalkan negara itu.
“Seperti malam kemarin! Sebelum Komunis Uni Soviet 36 tahun silam menginvasi Afghanistan untuk memberikan kemenangan bagi Partai Komunis dan melindunginya dari kejatuhan, dan di sini pula pewaris dari Tentara Ortodoks Rusia menyerang Suriah untuk mendukung Nusyairiyah dan melindunginya dari kejatuhan,” lanjut pernyataan itu.
Dalam pernyataan tersebut, kelompok ulama itu juga menuding perlawanan militer Rusia terhadap ISIS hanya tipuan untuk menyelamatkan rezim Assad, demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pernyataan para ulama itu muncul setelah Kementerian Dalam Negeri Saudi menggerebek sebuah rumah di mana penduduknya memproduksi bom di daerah perumahan di Riyadh. Rumah itu dihuni pria Suriah bersama seorang wanita Filipina siap beraksi dengan sabuk peledak.
Pemerintah Saudi belum merespons adanya pernyataaan seruan jihad dari puluhan ulama itu.
Namun, sebelumnya Pemerintah Saudi juga mengecam serangan Rusia di Suriah dengan klaim memerangi kelompok ISIS. Saudi bahkan mendesak Rusia menghentikan aksi militernya di Suriah dengan alasan serangan Kremlin itu menyasar kelompok pemberontak moderat yang sudah lama ingin menggulingkan rezim Assad.
Rusia secara resmi terlibat aktif dalam perang Suriah sejak Rabu (30/09/2015) pekan lalu. Namun 60 serangan udara Rusia ke tiga provinsi banyak menelan warga sipil dan sengaja menyasar ke milisi anti Bashar Al Asaad.* [baca: Dua Pesawat Tempur Turki Blokir Pesawat Militer Rusia]