Hidayatullah.com—Pihak penyelenggara merasa sukses besar setelah mengklaim berhasil menggerakkan 250.000 orang pada hari Sabtu (10/10/2015) untuk turun ke jalan di kota Berlin, Jerman, guna memprotes perjanjian perdagangan bebas antara Eropa dengan Amerika Serikat dan Kanada.
“Ini adalah aksi protes terbesar yang pernah terjadi di negara ini selama bertahun-tahun,” kata Christoph Bautz, direktur gerakan massa, Compact, dalam pidatonya di depan peserta aksi protes yang digelar bersama dengan kelompok-kelompok peduli lingkungan, organisasi amal dan partai-partai oposisi.
Kanselir Angela Merkel pernah mengatakan bahwa dia ingin Transatlantic Trade and Investment Partnership (TTIP) dengan Washington ditunaikan sebelum masa bakti Presiden AS Barack Obama berakhir.
Namun kelompok penentang TTIP di Jerman bertambah tahun belakangan ini, di mana mereka khawatir perjanjian itu akan memberikan kekuasaan terlalu besar kepada perusahaan-perusahaan multinasional dengan mengorbankan konsumen dan pekerja.
Para demonstran –yang menurut polisi jumlahnya tidak sebanyak yang diklaim penyelenggara– mengatakan TTIP juga akan mengakibatkan penurunan standar kesehatan dan lingkungan, contohnya dengan produk pertanian hasil modifikasi genetik seperti yang banyak dipakai di Amerika Serikat. Sebagaimana diketahui, produksi pertanian di AS banyak dihasilkan dari tanaman hasil rekayasa genetik, yang di Eropa dianggap memiliki efek samping berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Tidak hanya itu, penentang TTIP juga mempertanyakan tentang standar kesejahteraan hewan-hewan ternak jika perdagangan bebas diberlakukan, yang menurut mereka perjanjian tersebut dibuat secara tertutup alias rahasia.
Aktivis penentang TTIP mengatakan perjanjian perdagangan bebas itu akan memaksa orang-orang Eropa memakan ayam yang dicuci dengan bahan kimia klorin atau daging dari hewan ternak yang diberi pakan mengandung hormon penggemuk.
Sementara itu kelompok pengusaha berharap perdagangan bebas itu akan mendulang pendapatan ekonomi untuk Eropa lebih dari 88 milyar euro.*