Hidayatullah.com–Tiga orang anggota polisi wanita di South Yorkshire, Inggris, diperintahkan berpakaian lengkap layaknya wanita Muslim selama satu hari agar tahu bagaimana rasanya berpakaian seperti itu.
Dua orang berpakaian lengkap dengan burqa yang menutup seluruh wajah, yang hanya menyisakan sedikit lubang untuk melihat. Seorang lainnya berpakaian lengkap dengan kerudung tanpa penutup wajah.
Sepanjang hari mereka menghabiskan waktu bersama dengan empat orang wanita Muslim. Mereka berkeliling kota Sheffield, pergi ke pusat perbelanjaan, dan mengunjungi tempat-tempat umum lainnya.
Apa tujuan Sersan Deb Leonard, Sersan Deb Pickering, dan Helen Turner, petugas dari Police Community Support–ketiganya dari Sheffield–berpakaian ala wanita Muslim? Seorang jurubicara dari pihak kepolisian mengatakan, latihan yang dinamakan “In Your Shoes Day” itu dirancang untuk membantu para petugas agar lebih baik dalam berinteraksi dengan komunitas Muslim di kota Sheffield.
Associated Press (AP) melaporkan, tidak dijelaskan kapan latihan itu dilaksanakan. Tapi, sebagaimana dilansir Daily Mail kemarin (4/8), kegiatan polisi tersebut mendapat kritik dari banyak pihak.
Doughlas Murray, penggagas Centre for Social Cohesion mengatakan, “Tidak masuk akal. Para korban tindak kejahatan pasti tercengang mengetahui betapa polisi punya banyak waktu sehingga mereka bisa bermain busana-busanaan. Ini benar-benar penghamburan waktu kerja polisi dan uang pembayar pajak. Bukanlah tugas polisi berempati kepada salah satu bagian dari masyarakat. Tugas polisi itu mencegah kejahatan dan menangkap penjahat. Setelah ini apalagi yang mereka rencanakan, berpakaian seperti orang-orang dari kelompok Hindu dan Budha?”
Fiona McEvoy dari TaxPayers’ Alliance berkata, “Polisi seharusnya menghabiskan waktu mereka dengan menangkap penjahat, bukan melakukan latihan pura-pura seperti itu. Menggelikan. Tindakan seperti itu hanya memberi sedikit manfaat. Para pembayar pajak lebih suka melihat para petugas memusatkan perhatian dan kemampuan mereka memberikan pelayanan yang layak, membuat jalan-jalan aman bagi setiap komponen masyarakat. Mereka berlebihan, karena polisi tidak dibayar untuk melakukan hal di luar tugas mereka.”
Sid Cordle, dari Christian People’s Alliance di Sheffield, Yorkshire, mengatakan, “Sebagaimana kita tahu, pakaian seperti itu adalah simbol penindasan terhadap wanita. Polisi seharusnya tidak mendukungnya. Jika mereka benar-benar ingin tahu apa yang dirasakan para wanita Muslim, mereka bisa lebih jauh belajar dengan pergi dan tinggal bersama mereka dan berinteraksi dengan mereka.”
Jurubicara polisi menjelaskan lebih lanjut tujuan dari kegiatan itu, “Latihan ini hanyalah salah satu dari sekian banyak kegiatan Kepolisian South Yorkshire yang telah direncanakan bersama dengan para pemuka dan masyarakat etnis minoritas, untuk mempererat kerjasama, menghargai keberagaman dan menggalang integritas, serta untuk menciptakan masyarakat yang lebih aman dan kompak.”
Tapi, ia juga mengatakan, tidak ada rencana menugaskan polisi berpakaian ala kelompok masyarakat minoritas lainnya.
Jurubicara polisi mengatakan, petugas polisi yang diperintahkan berbusana Muslim itu yakin mereka diamat-amati oleh petugas keamanan ketika berkunjung ke toko, dan mereka juga diawasi ketika berada di jalan. Tapi, mereka tidak tahu pasti, apakah itu karena pakaian yang mereka kenakan atau semata karena terlalu memberikan perhatian atas keberadaan mereka.
“Hal seperti itulah yang harus dihadapi dan dirasakan oleh para wanita Muslim dalam kehidupannya sehari-hari,” katanya menambahkan.
“Dua orang wanita Muslim di antara mereka sebelumnya memperingatkan bahwa orang-orang mungkin akan menatap dan memberikan komentar. Sementara para petugas polisi ketika melakukan latihan itu, mereka memulainya dengan pikiran yang terbuka dan tidak tahu apa yang bakal terjadi.”
Sersan Leonard mengatakan, dari pengalamannya tersebut ia menjadi lebih menghargai atas apa yang dirasakan oleh wanita Muslim ketika mereka berada di tempat umum dengan “pakaian yang sesuai dengan agama mereka.” [di/dm,ap/hidayatullah.com]