Hidayatullah.com—Presiden Amerika Serikat hari Jumat (18/12/2015) mengatakan bahwa negaranya tidak memicu Arab Spring dan tidak memainkan peran dalam pelengseran Husni Mubarak, dan menegaskan bahwa jutaan rakyat Mesir yang menggulingkannya, karena mereka kecewa dengan korupsi dan kediktatoran rezimnya.
“Pendapat yang mengatakan AS menjadi pemicu di sebuah negara yang terbesar di dunia Arab, menurut saya –hal itu salah,” kata Obama dalam konferensi pers akhir tahun, membela kebijakan negaranya atas Mesir ketika terjadi kebangkitan perlawanan rakyat tahun 2011.
Obama mengatakan bahwa ketika pilihannya adalah “menggerus jutaan rakyat Mesir” atau mengupayakan transisi (peralihan kekuasaan), pemerintahnya berpendapat lebih baik mendukung sebuah “transisi damai” dalam situasi politik Mesir.
Pernyataan Presiden Amerika Serikat itu muncul kala Obama berusaha menanggapi kritik dari Partai Republik terkait kebijakan luar negerinya, membantah klaim dari para kandidat presiden Partai Republik yang mengatakan bahwa keamanan AS tidak akan terancam seperti sekarang jika saja Obama tidak mendukung perubahan rezim di Mesir, Libya dan Iraq, serta negara lainnya.
Hubungan antara Kairo dan Washington membaik beberapa bulan terakhir, setelah situasi tegang menyusul pelengseran Muhammad Mursy pada 2013.
Washington menghentikan sementara sebagian dari paket bantuan bernilai $1,3 miliar untuk Mesir setelah Mursy dilengserkan, dengan alasan khawatir pada proses demokrasi di negara itu. Namun, kemudian Washington kembali menyalurkan paket bantuan tersebut.*