Hidayatullah.com—Inggris berencana menghalangi pembentukan militer Uni Eropa sebelum benar-benar keluar dari organisasi tersebut, meskipun negara kerajaan itu sudah dikecualikan dari perundingan-perundingan penting UE menyusul referendum Brexit Juni tahun ini.
Sir Michael Fallon, menteri pertahanan Inggris, hari Sabtu (17/9/2016) kepada The Times mengatakan bahwa Inggris akan memveto upaya-upaya pembentukan tentara Uni Eropa, yang sepertinya akan menjadi rival dari NATO dalam hal kapabilitas pasukan bersenjatanya.
“Itu tidak akan terjadi. Kami adalah anggota penuh UE dan kami akan melawan setiap upaya untuk membuat sebuah [pasukan] tandingan bagi NATO,” kata Fallon kepada The Times.
Pertemuan hari Jumat (16/9/2016) dua puluh tujuh negara anggota Uni Eropa di Bratislava membicarakan sejumlah masalah, termasuk integrasi militer.
Inggris tidak lagi diikutsertakan dalam pertemuan-pertemuan penting Uni Eropa sebab sudah memilih untuk keluar dari persekutuan itu melalui referendum 23 Juni lalu. Meskipun demikian, Inggris masih menjadi bagian dari UE dan sampai proses keluarnya Inggris dari UE benar-benar tuntas Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan kepada para wartawan di Bratislava hari Jumat bahwa PM Inggris Theresa May mengatakan kepadanya tahun ini sepertinya tidak mungkin Inggris akan memantik Article 50, pasal tentang keluarnya sebuah negara dari keanggotaan Uni Eropa. Kemungkinan pasal itu akan diaktifkan Inggris pada Januari atau Februari tahun 2017.
Hari Kamis The Times melaporkan bahwa Jerman dan Prancis, dua negara anggota UE dengan kekuatan ekonomi dan politik yang besar, diketahui akan mendukung pembentukan pasukan Uni Eropa. Sementara Lithuania, Latvia dan Estonia dikabarkan menentukan pembentukan tentara UE.*