Hidayatullah.com–Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tiba di New York pada hari Senin untuk berpartisipasi dalam pertemuan tahunan Majelis Umum PBB.
Erdogan dijadwalkan akan berpidato di Majelis Umum pada hari Selasa (20/09/2016) ini dan diharapkan akan bertemu Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden di hari berikutnya serta pemimpin asing lainnya selama kunjungan lima harinya.
Kehadiran Erdogan ini merupakan kunjungan pertama Erdogan ke New York sejak upaya kudeta di Turki pada bulan Juli.
Dalam wawancara dengan Reuters pada Senin (19/09/2016), Erdogan menyatakan bahwa Amerika Serikat tak seharusnya menjadi “tempat berlabuh” Fethullah Gulen.
Turki telah menekan AS untuk mengekstradisi Fetullah Gulen yang kini tinggal dalam pengasingan di Pennsylvania, sebagai orang yang mendalangi upaya kudeta namun usaha itu masih belum dikabulkan.
Pemimpin dari seluruh dunia berada di New York untuk pertemuan ke-71 Majelis Umum dengan penekanan pada ” pelaksanaan tujuan pembangunan global yang baru.”
Petinggi Turki lainnya termasuk Wakil Perdana Menteri Veysi Kaynak, Menteri Kehakiman Bekir Bozdag, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu dan menteri lainnya hadir dalam pertemuan tersebut.
Dalam wawancara itu, Erdogan kembali menegaskan pandangannya terhadap konflik Suriah, yakni bahwa perdamaian tidak akan tercipta jika Presiden Bashar al-Assad tidak lengser.
“Masa depan Suriah harus ditentukan oleh rakyatnya sendiri. Mengapa pembunuh ini (Assad) didukung oleh beberapa negara? Assad tidak bisa menjadi bagian dari masa transisi, dunia harus menemukan solusi yang tidak melibatkan Assad,” kata Erdogan.
“Integritas wilayah Suriah harus dihormati oleh negara-negara lain,” tegasnya.*