Hidayatullah.com–Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Fatahillah angkatan ke-5 menggelar pertemuan keduanya pada Rabu malam (14/09/16) di Kantor Suara Islam, Kalibata Tengah. Tema yang diangkat pada pertemuan kali ini adalah Ghazwul fikri (Perang Pemikiran) yang dibawakan oleh inisiator SPI yang merupakan lulusan program pascasarjana Universitas Ibn Khaldun, Akmal, M.Pd.I. Ayah satu anak ini dikenal aktif dalam menulis dan menjadi narasumber untuk acara-acara diskusi dan kajian seputar bidang pemikiran Islam dan ghazwul fikri.
Pada awal pemaparannya, Akmal berusaha menjelaskan tentang realita perang pemikiran. “Yang namanya perang pasti dilakukan dengan sengaja. Ada aktivitas menyerang dan diserang. Jika hanya diserang tanpa adanya serangan balik, itu namanya bukan perang,” tuturnya.
Oleh karena itu, aktivis dakwah harus melakukan serangan balik kepada musuh-musuh Islam untuk memenangkan peperangan. “Tidak ada pilihan untuk kalah, karena kalah hanya akan membuat umat menjadi budak atau boneka musuh,” ujarnya lagi.
Fenomena perang pemikiran begitu bervariasi dan terus berkembang. Isu-isu seperti feminisme, LGBT, liberalisme, kristenisasi, sekularisme dan banyak isu lainnya saat ini telah menjadi medan perang umat Muslim di seluruh penjuru dunia. “Musuh-musuh Islam melancarkan perang secara halus, terencana dan terstruktur dengan rapi melalui media massa, sosial budaya dan juga pendidikan,” ungkap Akmal.
Pemutarbalikan fakta yang dilakukan telah membuat umat bingung dengan berita yang beredar sehingga menimbulkan ketidakyakinan akan kebenaran Islam.
“Semua perkembangan tersebut menuntut aktivis dakwah untuk lebih intelek dan bersinergi untuk melawan musuh Islam,” tandasnya seraya menegaskan di akhir kuliah bahwa ghazwul fikri hanya bisa dimenangkan dengan ilmu.
“Perkuliahan tentang ghazwul fikri ini sangat menarik dan sarat ilmu, karena yang dibahas menyangkut fenomena yang memang sedang terjadi dalam tubuh Islam belakangan ini. Kesimpulannya adalah bagaimana caranya kita sebagai muslim tidak menjadi pihak yang diperbodoh dalam perang pemikiran ini. Sudah saatnya melawan dengan level yang sama. Kuncinya, buka wawasan sebagai Muslim, perkuat ilmu dan jangan malas belajar,” ungkap salah seorang peserta SPI, Tiara Yunanda Putri.*/kiriman Irma Oktiani