Hidayatullah.com—Sejumlah pemimpin kelompok geng atau preman di Filipina bersaksi di hadapan kongres bahwa mereka telah memberikan uang haram kepada mantan menteri kehakiman yang juga pengkritik keras Presiden Rodrigo Duterte.
Sekelompok pemimpin geng yang telah divonis penjara itu mengklaim diminta menaikkan jumlah uang hasil penjualan narkoba guna membiayai kampanye Leila de Lima, menteri kehakiman di era Presiden Benigno Aquino, yang sekarang menjadi anggota senat.
Kesaksian dari para pemimpin geng itu merupakan pukulan telak bagi De Lima, yang sedang mengupayakan penyelidikan ekstrayudisial oleh Duterte di negara itu.
Politisi wanita itu sekarang sedang menjalani pemeriksaan di Manila guna mempertanggungjawabkan tuduhan korupsi tersebut.
Pertemuan dengan kongres itu digelar sehari setelah De Lima, yang dikenal luas sebagai musuh politik Duterte, dikeluarkan dari sebuah komisi di senat yang bertugas menyelidiki kasus pembunuhan ekstrayudisial selama kampanye perang melawan narkoba pemerintahan Duterte, lapor Aljazeera Kamis (21/9/2016).
Kampanye yang dianggap kontroversial itu kabarnya telah menewaskan paling tidak 3.000 orang selama tiga bulan terakhir.
Penyelidikan oleh senat itu, yang dipimpin De Lima, termasuk terkait keterangan yang diberikan oleh bekas anggota pasukan pembunuh Edgar Matobato, yang bersaksi bahwa Duterte bertanggung jawab atas sejumlah pembunuhan selama menjadi walikota Davao City.
Duterte menuding kesaksian Matobato itu sebagai kebohongan, dan De Lima pekan kemudian dicopot dari jabatan ketua komisi tersebut.
Herbert Colanco, salah satu pemimpin preman yang bersaksi di kongres, mengatakan dirinya menerima perlakuan istimewa setelah memberikan uang hasil penjualan narkoba kepada De Lima.
“Untuk pemilu 2016, mereka [orang-orang bekerja untuk De Lima] meminta saya mengumpulkan 30-50kg crystal meth dari gembong-gembong narkoba China yang ada di dalam penjara,” kata Colando.
De Lima menyebut pemeriksaan di kongres yang menuduhnya terlibat dalam perdagangan narkoba sebagai kebohongan dan menolak menghadiri pemeriksaan itu. Wanita itu menuding Duterte berusaha membungkamnya.
“Saya akan disalib oleh dewan perwakilan rakyat,” kata De Lima, seraya menambahkan bahwa dia bertekad melalui perjuangan panjang itu meskipun sendirian.*