Hidayatullah.com–Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Nayef bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hari Jumat setelah tiba di Turki sehari sebelumnya untuk melakukan kunjungan selama 2 hari.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengucapkan rasa terima kasihnya pada putra mahkota Arab Saudi pada Jumat atas solidaritas yang ditunjukkan negaranya setelah upaya kudetanya yang gagal pada 15 Juli lalu.
Erdogan menyambut Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz al-Saud dengan upacara kenegaraan di Komplek Kepresidenan di Ankara.
Erdogan menganugerahi putra mahkota itu dengan bintang kehormatan tertinggi kedua bagi penduduk asing, Order of the Republic.
Berpidato di upacara tersebut, Erdogan mengatakan itu merupakan sebuah simbol yang diberikan khususnya pada negarawan asing atas “kontribusi dalam mengembangkan hubungan persahabatan antara dua negara dan membawa masing-masing negara semakin dekat satu sama lain.”
“Saya ingin berterimakasih sekali lagi atas solidaritas yang ditunjukkan pada rakyat dan negara kami setelah terjadinya upaya kudeta berdarah 15 Juli,” presiden Turki itu menyatakan.
Erdogan mengatakan bahwa semakin kayanya dan berkembangnya hubungan antara Turki dan Arab Saudi di semua bidang “menawarkan kesempatan stabilitas regional dan global,” kata Erdogan dikutip World Bulletin Sabtu (01/10/2016).
Putra mahkota, yang juga pertama kalinya menjabat sebagai wakil perdana menteri dan menteri dalam negeri, pada pidatonya sekali lagi, menyatakan kegembiraan luar biasanya pada Turki yang sukses mengatasi upaya kudeta.
Dia menambahkan bahwa salah satu aspek yang membuat para pemimpin Arab Saudi senang ialah bahwa “kedua negara berada di garis yang sama dan memiliki pemikiran yang sama terhadap semua isu, regional dan lainnya.”
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjamu makan siang putra mahkota itu sebagai penghormatan. Juru bicara Parlemen Turki Ismail Kahraman, Perdana Menteri Binali Yildirim, serta kepala Staf Jenderal Hulusi Akar juga turut menghadiri jamuan makan siang tersebut.
Pertemuan pada Jumat itu merupakan yang pertemuan keenam antara Presiden Erdogan dan pemimpin Saudi dalam waktu kurang dari satu tahun – dan yang kedua antara Erdogan dan bin Nayef dalam waktu kurang dari 10 hari.
Pada 21 September, presiden Turki dan putra mahkota Saudi itu juga bertemu di sela-sela pertemuan ke 71 Majelis Umum PBB di New York. Dan pada awal bulan ini, Erdogan telah bertemu dengan Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud di pertemuan G20 di Cina.
Pada April lalu, Raja Salman berkunjung ke Turki yang merupakan kunjungan keduanya dalam enam bulan.
Meningkatnya pertemuan tingkat tinggi Turki-Saudi, kata para pengamat, mencerminkan keinginan bersama untuk berkomunikasi, bertukar pandangan dan meningkatkan kerjasama bilateral.
Keinginan tersebut ditunjukkan pada sebuah kesepakatan di bulan April antara Ankara dan Riyadh untuk menyusun sebuah tim yang secara khusus bertugas untuk memperkuat hubungan perdagangan bilateral.
Arab Saudi berada di daftar paling atas negara-negara yang mendukung rakyat Turki dan pemerintahnya yang terpilih secara demokratis melawan upaya kudeta 15 Juli.
Pada 8 September, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengunjungi Turki, di mana dia disambut oleh sang Presiden Turki sendiri.
Dan pada akhir Desember, ketika Presiden Erdogan melakukan kunjungan tiga hari di Arab Saudi, kedua negara telah setuju untuk menyusun sebuah “Dewan Kerjasama Strategis”.
Sepaham
Kedua negara mempunyai kebijakan-kebijakan yang sama, khususnya dalam perjuangan Palestina dan isu Islam lainnya.
Terhadap krisis Suriah, kedua negara berbagi visi yang sama, menyepakati turunnya rezim Assad dan mendukung oposisi Suriah – sembari menekankan perlunya solusi yang menjamin persatuan dan integritas teritorial Suriah.
Turki juga mendukung koalisi internasional pimpinan Saudi dalam mendukung pemerintah sah Yaman.
Sedangkan dalam sektor militer, hubungan keduanya belakangan ini semakin dekat dengan kedua negara yang ikut serta dalam latihan militer bersama.
Pada Juni, tentara Saudi berpartisipasi dalam latihan militer ISIK-2016 yang digelar di Konya Turki, serta dua latihan militer lain yang digelar sebulan sebelumnya.
Sebaliknya, Turki juga ikut serta dalam latihan militer Northern Thunder yang digelar di utara Arab Saudi pada Februari dan Maret.
Dalam hal counter-terorisme, pesawat-pesawat Saudi pada Februari tiba di pangkalan udara militer Incirlik di provinsi selatan Adana Turki sebagai bagian dari koalisi 60 negara yang bergabung untuk melawan kelompok teroris ISIS.
Turki juga merupakan anggota penting dari koalisi militer Islam dalam melawan terorisme, yang pendiriannya diumumkan oleh pemerintah Saudi pada Desember lalu dan saat ini terdiri dari 40 negara anggota.
Hubungan ekonomi
Menghangatnya hubungan Turki-Saudi juga meluas hingga tingkat ekonomi dan perdagangan.
Dalam konteks ini, para investor Saudi menikmati posisi khusus di ekonomi Turki, sementara investor Turki mendapat keuntungan karena menjadi pelaksana proyek-proyek infrastruktur di Arab Saudi.
Sementara itu, Dewan Bisnis Saudi-Turki, yang terdiri dari para pengusaha dari kedua negara, terus mempromosikan hubungan perdagangan yang kuat tersebut.
Para ahli percaya bahwa potensi penuh dari kerjasama perdagangan bilateral belum dapat terealisasi.
Dalam kasus ini, Duta Besar Turki untuk Arab Saudi Yunus Demirer baru-baru ini mengatakan pada Anadolu Agency bahwa hubungan ekonomi saat ini harus didukung untuk lebih mencerminkan hubungan kedua negara yang semakin berkembang.
Menurut Demirer, pertukaran komersil tahunan antara Arab Saudi dan Turki saat ini bertahan di 8 miliar dollar AS – sebuah angka, yang dia katakan, dapat ditingkatkan lebih jauh.
Perlu dicatat bahwa investasi Saudi di Turki – khususnya di sektor pariwisata dan real estate – baru-baru ini telah meningkat, diperkirakan sekitar 800 perusahaan Saudi yang saat ini sedang beroperasi di Turki.
Pada saat yang sama, terdapat 200 perusahaan Turki yang saat ini beroperasi di Arab Saudi melakukan bisnis bernilai sekitar 17 miliar dollar AS pertahunnya, diplomat itu mengatakan.*/Nashirul Haq AR