Hidayatullah.com—Politisi kanan jauh Austria Heinz-Christian Strache, hari Sabtu (14/1/2017) menyerukan ‘larangan islamisasi’, menggambarkan Islam sebagai misoginistik, anti-liberal dan memiliki pandangan fasis.
Berbicara dalam pertemuan Tahun Baru yang digelar Partai Kebebasan Austria (FPÖ) di kota Salzburg, Strache mengatakan kepada ribuan loyalis partainya bahwa Austria harus “secepatnya mengakhiri kebijakan islamisasi ini … kalau tidak maka kita orang Austria, kita orang Eropa akan segera berakhir.”
Ketika dimintai klarifikasi oleh Reuters, seorang juru bicara FPÖ mengatakan bahwa peraturan hukum apapun yang menentang Islam ekstrim bercermin pada peraturan hukum yang diberlakukan pasca Perang Dunia II, yang melarang simbol-simbol Nazi dan afiliasi politik.
Di Austria yang berpenduduk 8,7 juta jiwa, sekitar 600.000 orang adalah Muslim, sebagian tiba di negara itu di masa krisis migran yang dialami Eropa beberapa tahun belakangan.
FPÖ yang sejak lama memposisikan dirinya sebagai “pembela tradisi” Austria, belum lama ini mengeluarkan pesan anti-Muslim, termasuk seruan diberlakukannya larangan cadar.
Dalam pidatonya, Strache juga menyinggung pengumuman yang disampaikan hari Rabu lalu oleh Partai Rakyat Austria (ÖVP), yang mengatakan akan memberlakukan batas atas permohonan suaka tahun ini. Tujuan ÖVP adalah mengurangi aplikasi suaka hingga setengahnya, dari 35.000 pada tahun 2016 menjadi 17.000 di tahun 2017.
“Kita tidak butuh batas atas atau batas atas dipangkas setengahnya –kita butuh nihil imigrasi, bahkan minus imigrasi, sebab semua individu ilegal dan kriminal berasal dari luar negara ini,” kata Strache seperti dilansir Deutsche Welle.
Menurut Eurostat, Austria untuk pertama kalinya menerima 85.500 aplikasi suaka pada 2015, menjadikannya negara ketiga teratas di Eropa pada tahun itu yang kebanjiran aplikasi suaka.
Selain itu, Strache juga menyalahkan Austria karena manut dengan kebijakan migrasi Uni Eropa. Dia mengatakan meskipun negaranya tidak ingin meninggalkan blok kerja sama itu, tetapi Austria ingin melihat Uni Eropa direformasi, disebabkan apa yang disebutnya sebagai kegagalan dalam kebijakan migrasinya.
Selain UE, Strache juga mengkritik banyak politisi lain. Dia menyebut Kanselir Federal Austria Christian Kern, politisi dari Partai Sosial Demokrat dan bekas kepala jawatan Kereta Federal Austria, sebagai pelaku pembantu organisasi-organisasi perdagangan manusia.
Organisasi kemanusiaan Katolik, Caritas, tidak luput dari mulut pedas Strache. Dia menuding Caritas menggunakan uang pajak untuk memberikan bantuan kepada para pencari suaka. Negara, bukan organisasi amal, yang harus bertanggung jawab mengurus masalah sosial guna memastikan bahwa uang itu dipakai tepat guna, katanya.
Menurut jajak pendapat, FPÖ saat ini mendapat dukungan sebesar 30 persen, menjadikannya parati politik terkuat di Austria. Melihat ke depan ke pemilu legislatif pada 2018 dan pemilu pendahuluan di tahun 2017, Strache mengatakan sudah tiba saatnya untuk kemenangan FPÖ dan kampanye partai di pemilu mendatang akan menekankan masalah keamanan, demokrasi langsung, migrasi dan keadilan sosial.*