Hidayatullah.com–Kristen dan keyakinan agama lain di seluruh dunia kini sedang dalam bahaya besar, khusunya peran imam, demikian disampaikan Paus Benediktus XVI belum lama ini. Di seluruh belahan bumi, ujar Paus, iman menjalankan fungsi sebagai pemadam bahaya, seperti api yang kehabisan bahan bakar. Namun peran pemimpin rumah ibadah yang harusnya menjadi pemimpin jemaat, justru ditemui tak sesuai dengan harapan.
“Ada bahaya besar yang tengah melanda keimanan para imam gereja. Krisis ini dapat bermanifestasi menjadi hilangnya pengharapan seseorang kepada Juruselamat. Inilah tantangan terbesar bagi gereja saat ini,” ungkap otoritas tertinggi Katolik dunia Paus Benediktus XVI, seperti dikutip The Catholic Free Press.
Pernyataan peringatan pada pemimpin gereja ini disampaikannya dalam Kongregasi Ajaran Iman di hadapan 70 pejabat, anggota dan konsultan. Paus juga menambahkan bahwa salah satu pesan utama untuk dunia saat ini adalah persatuan umat Kristen yang harus berakar dan mempunyai dasar yang kuat dalam kebenaran Injil dan bukan atas asas kepentingan.
Himbauan ini merupakan tantangan dan pegumulan tidak hanya bagi para imam dan pendeta, namun seluruh jemaat yang kini menjadi pengurus gereja, untuk mempertahankan keimanan dari segala godaan dan cobaan yang akan terus datang.
Dalam pertemuan empat hari itu Paus mewaspadai ajaran yang mengatakan “semua agama sama”, dengan cara kembali pada ajaran dan pesan Injil. Menurutnya, meskipun dialog telah berbuah banyak, dalam pembicaraan oikumenis gereja harus waspada terhadap risiko “percaya semua agama adalah sama”. Paus ingin memastikan agar ajaran seperti itu tidak mengaburkan doktrin Katolik.
“Sebaliknya, jantung ekumenisme sejati adalah iman, di mana orang menemukan kebenaran yang dinyatakan di dalam firman Tuhan,” katanya.
Mereka yang terlibat dalam dialog harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan kontroversial dengan keberanian, katanya. Dialog ekumenisme tidak bisa mengabaikan “pertanyaan-pertanyaan moral yang besar dari kehidupan manusia, keluarga, seksualitas, bioetika, kebebasan, keadilan dan perdamaian,” tambahnya.*