Hidayatullah.com—Mantan perdana menteri Norwegia, Kjell Magne Bodenvik, mengatakan dirinya tertahan di sebuah bandara di Amerika Serikat awal pekan ini karena pernah mengunjungi Iran di tahun 2014.
Bodenvik, yang mengatakan dirinya menggunakan paspor diplomatik, ditahan selama sekitar satu jam.
Dia mengatakan bahwa paspornya juga menyebutkan dirinya adalah seorang bekas perdana menteri.
Petugas keimigrasian mengatakan kepadanya bahwa penahanan itu tidak ada hubungannya dengan surat perintah Presiden Donald Trump, yang melarang masuk sementara orang berkewarganegaraan Iran.
Dia justru diberitahu bahwa hal itu berkaitan dengan sebuah peraturan tahun 2015, soal pembatasan ekstra terhadap negara-negara yang termasuk dalam “US visa waiver program”, menurut sebuah wawancara dengan ABC7 seperti dilansir BBC Jumat (3/2/2017).
Namun, Bodenvik mengatakan dia tidak pernah menghadapi masalah ketika bepergian ke AS dengan dokumen yang sama sebelum dikeluarkannya surat perintah Trump tersebut.
Saat berkunjung ke Iran tahun 2014, dia berbicara soal melawan ekstrimisme di sebuah konferensi internasional atas nama organisasi pemerhati HAM The Oslo Centre, yang mana dia menjabat sebagai ketuanya.
“Saya terkejut, dan saya diprovokasi,” katanya, mengisyaratkan penyebutan Iran telah membuatnya naik pitam.
“Tidak ada alasan untuk takut terhadap seorang bekas kepala pemerintahan yang secara resmi pernah beberapa kali mengunjungi negara ini, termasuk Gedung Putih,” katanya kepada stasiun televisi Norwegia TV2.
Bekas perdana menteri itu terbang ke Amerika Serikat guna menghadiri acara doa nasional pagi hari di Washington, yang juga dihadiri oleh Presiden Donald Trump.*