Sambungan artikel PERTAMA
Beberapa jam setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah kontroversial yang melarang imigrasi dari tujuh negara mayoritas Muslim, seseorang dengan sengaja membakar Islamic Center Victoria di Texas pada tengah malam waktu setempat, menurut penyidik, yang belum mengidentifikasi tersangka, kebakaran menyebabkan keruguian lebih dari US$ 500.000, dan benar-benar menghancurkan masjid berumur 16 tahun tersebut. Hal ini menjdai goncangan besar untuk komunitas Muslim Amerika di Texas selatan. Presiden Masjid, Dr. Shahid Hashmi, mengatakan kepada Texas Tribune bahwa komunitasnya akan memaafkan siapa pun yang menyebabkan kebakaran, tetapi menambahkan, “tidak mungkin kami bisa melupakannya. Tidak mungkin anak-anak kami pun bisa lupa.”
Kebakaran di Masjid Daarus Salaam di Thonotosassa, Florida, pada hari Jumat lalu setidaknya merupakan peristiwa kebakaran masjid sekitar daerah tampa yang ketiga kalinya dalam tujuh bulan terakhir. Menyusul insiden di Islamic Center pada bulan Juli dan masjid Masjid Omar di bulan Agustus.
Tampa Bay Times melaporkan kebakaran tersebut ditangani pemadam kebakaran pada tanggal 24 Februari, sekitar pukul 2 pagi waktu setempat. Empat jam sebelum jamaah shalat subuh berkumpul pada hari jumat tersebut. Dan beberapa jam kemudian, pihak berwenang mengumumkan bahwa penyebab kebakarannya adalah Arson.
Walaupun tidak disebutkan bukti spesifik yang mengarah pada keputusan tersebut. Dalam konfersi persnya, kepala daerah Tampa, Bob Buckhom memaparkan “kejadian ini tidak berbeda dengan serangan anti-Semitic terhadap pusat komunitas Yahudi dan Sinagog, serta ancaman bom di beberapa tempat dalam negeri.”
“Siapapun yang melakukan hal ini ingin menakut-nakuti kita untuk tidak menjadi bagian dari warna negara ini” ujar Mazen Bondogji, anggota dewan masjid, saat konfrensi pers. “kami adalah bagian dari komunitas bangsa dan kami akan tetap tinggal di sini.”
Kejahatan anti-Islam dilaporkan meningkat, bahkan sebelum kampanye pemilihan presiden tahun 2016. Berdasarkan laporan Council on American-Islamic relations, sekitar 78 masjid menjadi target – termasuk ancaman arson, vandalisme, dan pengrusakan lainnya – pada tahun 2015.
Sebagai pembanding, di tahun 2014 hanya terjadi 20 kasus yang sama. Tahun lalu, sebuah laporan yang dirilis oleh Georgetown University’s Center for Muslim-Christian, mengemukakan 8 ancaman arson yang menyerang masjid, tempat bisnis, dan rumah-rumah yang berkaitan dengan umat Islam.
Baca: Masjid yang Biasa Didatangi Pelaku Penembakan Orlando Dibakar
Data FBI memperlihatkan bahwa laporan kriminal anti-Muslim meningkat sebanyak 67% dari tahun 2014 sampai 2015 (data 2016 belum tersedia).
Namun beberpa bulan lalu, SPLC melaporkan peningkatan kriminalitas setelah pelantikan Trump, yang mengkampanyekan diri untuk mengurangi angka imigran muslim di Amerika Serikat.
“Kampanye Donald Trump akan kemenangannya menguatkan kelompok radikal dan orang-orang rasis yang memang membenci suatu kelompok tertentu,” ujar Potok. “Mereka merasa bahwa pemahamannya telah di legitimasi oleh seorang pria yang kini menjabat sebagi Presiden Amerika Serikat.” /Khawlah bint al-azwar