Hidayatullah.com—Tokoh Syiah Iraq Muqtada al-Sadr tiba di Arab Saudi pada hari Ahad dan diterima Putra Mahkota Mohammad bin Salman, dalam kunjungan pertama kali setelah hampir 11 tahun.
Pada saat kedatangannya, Sadr disambut oleh Menteri Luar Negeri Saudi untuk Urusan Teluk, Thamer Al-Subhan.
“Kami sangat senang dengan apa yang kami temukan sebagai terobosan positif dalam hubungan Saudi-Iraq, dan kami berharap ini adalah awal dari penyelesaian perselisihan sektarian di wilayah Arab-Islam,” sebuah pernyataan dari kantor Sadr mengatakan dikutip Al Arabiya.
Selain bertemu Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman, tokoh Syiah berpengaruh di Iraq ini juga melakukan pertemuan dengan pejabat lainnya.
Iraq berada di garis patahan antara kekuatan Syiah Iran dan negara-negara kekuatan Sunni yang selama ini terlibat konflik sektarian. Iran dan Saudi sendiri hingga kini masih berseteru setelah kedua negara memutuskan hubungan diplomatik beberapa bulan lalu.
Iraq dan Saudi bulan lalu mengumumkan bahwa mereka membentuk dewan koordinasi untuk meningkatkan hubungan strategis sebagai bagian dari usaha untuk menyembuhkan hubungan yang bermasalah di antara tetangga Arab.
Arab Saudi telah membuka kembali kedutaan besarnya di Baghdad pada tahun 2015 setelah 25 tahun vakum. Pada bulan Februari, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir juga melakukan kunjungan langka ke Baghdad.
Baca: Pemimpin Syiah Iraq Desak Bashar al Assad Mundur
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Al-Sadr, merupakan putra keempat seorang Syiah, Mohammed Sadeq al-Sadr dan menantu dari Muhammad Baqir al-Sadr, yang memiliki pengikut besar di Baghdad dan kota-kota selatan Iraq termasuk milisi Saraya al-Islam.
Menurut laporan SPA, al-Sadr bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
Tokoh Syiah ini juga pernah membuat seruan yang meminta Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung Iran dan Suriah segera turun. Padahal, pendukung Bashar banyak para milisi Syiah yang dikirim dari dari Iran dan Libanon.*