Hidayatullah.com—Seorang pegawai China yang diduga memberikan pernyataan tidak mau merokok di depan Muslim di Xinjiang, dipecat dari jabatan karena dianggap sebagai memiliki pendirian politik yang tidak stabil dan tidak sesuai dengan kebijakan komunis.
Xinjiang merupakan penempatan bagi etnis minoritas Uyghur yang dikenal menganut Islam.
Sementara pemerintah Komunis China, menganggap etnis Uyghur sebagai kelompok yang ekstrem dan selama ini banyak mengalami tekanan dan tindakan kekerasan.
Menurut AFP mengutip Global Times, pemerintah daerah Hotan pada minggu lalu mengklaim Sekretaris Desa Partai Komunis Provinsi Barat Jelil Matniyaz, tidak berani merokok di hadapan tokoh agama.
Baca: China Anak Larang Anak-Anak Muslim Ikuti Kegiataan Keagamaan
Pemerintah di Hotan menganggap anggotanya yang taat kepada partai komunis harus menunjukkan mereka berani merokok di hadapan penganut agama (Islam) yang mengharamkan rokok.
Menurutnya, sikap ini demi menyatakan komitmen mereka pada sekularisme yang memisahkan agama dari politik.
Matniyaz dianggap gagal berhadapan dengan kekuatan daerah yang dianggap ekstrem dengan tunduk kepada cara penduduk di daerah yang diwakilinya.
Atas sikap itu, Matniyaz dipecat dari jabatannya dan diturunkan peringkat dari staf senior menjadi staf umum.
Beijing sangat sensitif dengan penduduk Xinjiang yang dituduh sering melakukan kekerasan.
Bahkan, Beijing menempatkan disebut etnis Uyghur sebaris jaringan teroris asing.
Selama ini, etik Uyghur yang mayoritas beragama Islam mengeluh hak budaya dan agama mereka terus didiskriminasi oleh pemerintah komunis.
Sementara pemerintah China selalu tak peduni dengan kalangan Muslim bahkan banyak menghalangi praktek keagaaam etnis Uyghur dan Muslim di China.
Penganut Islam kebanyakan menempati wilayah barat laut Xinjiang, Gansu, Ningxia, barat daya di Yunnan dan Henan wilayah tengah.
Hui adalah etnis Muslim tertinggi yaitu 9,8 juta orang diikuti etnis Uyghur 8,4 juta orang, Kazakhstan 1,25 juta, Dongxiang 514,000, Kyrgyz 144.000, Uzbek 125.000, Salar 105.000, Tajikistan 41.000, Bonan 17.000 dan Tatar 5.000.
Pada akhir Maret, China memperkenalkan hukum antiekstremisme di Xinjiang yang diantaranya melarang individu memelihara jambang dan jenggot lebat.
Menurut statistik 2013, jumlah penganut Islam di China hanya 2 persen, tetapi jumlahnya menyamai Muslim di Arab Saudi yaitu 26 juta orang, lebih banyak dibandingkan jumlah Muslim di Malaysia yaitu 20 juta orang.
Agama Islam memiliki sejarah lama di China, ada sejak Dinasti Tang ketika Khalifah Usman bin Affan mengirim Saad bin Abi Waqqas kepada Kaisar Tang di Gaozong pada 651M, 20 tahun setelah wafatnya Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wassallam.
Baca: Kota di Xinjiang Larang Pemakai Jilbab dan Berjenggot Naik Bus
Kaisar sangat berkenan dengan Islam dan memerintahkan masjid pertama dibangun di Canton.
Zaman Dinasti Tang merupakan zaman gemilang di China dengan budaya kosmopolitan yang turut membantu memperluas Islam.
Tahun 2014, Pemerintah China melarang pria berjenggot dan perempuan berjilbab menaiki bus umum di wilayah Xinjiang dengan alasan keamanan, sebuah alasan tidak masuk akal.*