Hidayatullah.com–Aksi pengusaha sebuah toko laundry di Muar, Johor, yang hanya menerima klien beragama Islam memancing kontroversi di Malaysia. Mufti Perlis Mohd Asri Zainul Abidin menyebutnya sebagai praktek agama yang sempit.
“Semua pandangan sempit semacam itu akan membawa negara kita menuju ekstremisme dan kehilangan keseimbangan untuk hidup dalam masyarakat multi-agama dan budaya, kata Mohd Asri kepada Malaysiakini.
Sebelum ini, beredar gambar-gambar di media sosial di negeri itu, di mana sebuah toko laundry, menempatkan papan nama bertuliskan “binatu ini hanya menerima klien Muslim hanya pada faktor kesucian”.
Operator binatu saat ditemui oleh sebuah surat kabar China menolak untuk menyatakan alasan adanya kondisi tersebut, dan hanya mengatakan untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang Muslim.
Dia juga menolak berkomentar apakah tindakan tersebut karena takut bahwa non-Muslim akan membawa unsur-unsur “najis” seperti bulu anjing ke tokonya.
Penasehat Dewan Agama Islam Negeri Johor (JAINJ) Datuk Nooh Gadut yang mengatakan, orang Islam dan bukan Islam harus menjamin pakaian yang dicuci di toko laundry swalayan dalam keadaan bersih dari najis mughallazah (najis berat).
“Yang Islam perlu pandang isu najis mughallazah sebaab najis dan kotor lain (berbeda), kotor bisa buat sembahyang. Sebab itu harus dibersihkan dulu (pakaian) dan baru bisa masuk dalam mesin cuci,” katanya dikutip Harian Metro.
Mufti Johor, Datuk Mohd Tahrir Samsudin dan mengatakan cuciannya seharusnya tidak menimbulkan respon buruk kalangan non-Muslim.
Dia mengatakan bahwa Islam sangat penting bagi kebersihan dan keberadaan cucian bisa membuat keragu-raguan tentang aspek kemurnian mereka.
Wakil Presiden Partai Amanah Negara Pusat, Hasanuddin Mohd Yunus mengatakan bahwa tindakan tersebut memperlihatkan belum matangnya hidup di negara multi-agama.
“Faktor kemarahan akan muncul nanti, jangan dipisah, itu hal yang kecil. Ketika kita berpisah itu menimbulkan kecurigaan dan kecurigaan di antara non-Muslim,” kepada Malaysiakini.
Hasanuddin mengatakan hal ini setelah mengunjungi bekas kebakaran di Tahfiz Ittifaqiyah Central Park di Taman Kosas, Ibu Kota Ampang.
Sebagaimana diketahui, kasus laundry yang telah menjadi viral di media sosial setelah menampilkan sebuah gambar, bertuliskan, “MESRA MUSLIM, Dobi (Laundry Ini Hanya Menerima Pelanggan Beragama Islam Sahaja Atas Faktor Kesucian. Segala Kesulitan Amat Disesali)”.
Peringatan yang hanya menerima klien Muslim banyak disesali berbagai kalangan.
Sultan Johor, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar menyesaik sikap toko cucian tersebut dan memintanya menghentikan kebijakan kontroversial ini.
“Saya tidak dapat menerima omong kosong ini, yaitu Johor, dimiliki oleh Negara Johor dan merupakan milik semua ras dan agama, yang merupakan negara progresif, modern dan moderat,” kata Sultan Johor dikutip The Star.
Sultan Johor memerintahkan Ketua Komite Agama Islam Datuk Abdul Mutalip Abd Rahim, dewan agama kabupaten untuk menyelidiki masalah tersebut.
Sultan Johor juga menegaskan dirinya telah berbicara dengan Mufti Negara, Datuk Mohd Tahrir Samsudin.*