Hidayatullah.com–Sekitar 400 pencari suaka anak di Prancis tinggal terpisah dari orangtua mereka karena tertundanya proses permintaan imigrasi di Inggris, menurut sebuah laporan dari Komite Hak Asasi Manusia (BHCR) lapor Daily Sabah, Rabu 11 Oktober 2017.
Prancis belum memberlakukan proses hukum yang diperlukan bagi hampir 400 anak-anak untuk bisa pergi menemui keluarga mereka di Inggris, laporan itu mengatakan.
Anak-anak dibiarkan tanpa orangtua setelah pasukan keamanan membebaskan 10.000 orang yang sedang berada dalam perjalanan menuju Inggris dari kamp pengungsi “Jungle” di Calais, Perancis.
Anak-anak yang tidak didampingi orangtua itu menghadapi ancaman perdagangan manusia, penyalahgunaan dan penyakit.
Bagi kebanyakan imigran, Calais merupakan pemberhentian terakhir sebelum berupaya menyeberangi laut pendek menuju Inggris. Kamp itu telah menjadi sebuah simbol masalah-masalah Eropa dalam menghadapi gelombang imigran.
Pemerintah Prancistelah melakukan beberapa misi evakuasi di kamp pencari suaka sementara di Calais, baru-baru ini telah memindahkan 557 imigran pada 19 September, 2017.
Banyak dari mereka berwarganegara Afghanistan dan Kurdi Iraq, tetapi ada juga warga Iran, Pakistan dan Sudan.
Baca: Penampungan Pengungsi Pertama di Paris akan Dibuka Pertengan Oktober
Presiden Emmanuel Macron telah mengatakan menyelesaikan krisis imigran merupakan sebuah prioritas dan dia ingin jalanan Prancisbersih dari para imigran di akhir tahun ini.
Organisasi-organisasi non-pemerintah Prancis telah mengkritik keadaan para pencari suaka di negeri itu, khususnya anak-anak.
Tahun lalu, Inggris bertanggungjawab telah menyebabkan 900 pengungsi anak-anak terlantar tanpa pendampingan orangtua, kebanyakan melalui pelayanan asuh, The Guardian melaporkan.*