Hidayatullah.com–Sedikitnya 300 orang dipastikan tewas setelah peristiwa bom mobil ganda mengguncang Mogadishu pada hari Sabtu 14 Oktober 2017. Menjadikannya serangan paling mematikan dalam sejarah modern Somalia, kutip laman cnn.
Jumlah korban tewas terus direvisi, bersamaan dengan usaha penyelamatan untuk mayat-mayat korban dari puing-puing dan kematian beberapa orang yang meninggal karena luka-luka.
Menurut Mayor Ahmed Ibrahim dari kepolisian, lebih dari 30 orang terluka parah akibat ledakan tersebut. Korban luka telah diterbangkan ke Turki pada hari Senin oleh ambulans udara militer setelah menteri kesehatan Turki tiba di ibukota Somalia itu.
Menurut pernyataan pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada hari Selasa kemarin, dua warga Amerika Serikat termasuk di antara mereka yang terbunuh.
Gedung Putih sangat mengutuk serangan tersebut, dengan menyebut organisasi teroris pelakunya sebagai “musuh semua orang beradab”.
“Amerika Serikat berdiri dengan rakyat dan pemerintah Somalia dalam komitmen mereka untuk mengalahkan kelompok-kelompok ini, memastikan keamanan rakyat mereka, dan membangun kembali negara mereka,” seru pernyataan tersebut.
Mogadishu, ibu kota Somalia. Sebuah kota besar di pesisir timur Afrika ini telah mengalami tingkat kekerasan yang tinggi selama bertahun-tahun. Al-Shabaab, sebuah kelompok yang dikaitkan dengan Al Qaeda, telah melakukan beberapa kali serangan bom mobil sebelum peristiwa ini. Walaupun belum ada klaim tanggung jawab dalam pengeboman hari Sabtu.
Bom kendaraan awalnya menghancurkan puluhan kios dan sebuah hotel bernama Hotel Safari, yang populer, di jantung Kota Mogadishu.
Menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri, Kedubes Qatar pun turut rusak. Pejabat kedutaan menderita luka ringan, sambung pernyataan tersebut.
Beberapa menit setelah ledakan pertama, sebuah bom kendaraan kedua meledak di dekatnya. Menurut polisi, tidak ada korban yang dilaporkan dari ledakan kedua tersebut.
Al-Shabaab, kelompok yang telah kehilangan kendali atas Mogadishu pada tahun 2011 ini sekarang berbasis di daerah pedesaan di selatan negara tersebut.
Kelompok ini telah melakukan perang dengan pemerintah Somalia selama lebih dari 10 tahun, mendorong Uni Afrika untuk mengirim perdamaian pasukan.
Kelompok ini juga telah melakukan penyerangan di luar negeri, terutama ke Kenya. Pada bulan September 2013, orang-orang bersenjata Al-Shabaab menyerang Westgate Shopping Mall di Nairobi, menewaskan sedikitnya 67 orang.*/Khawlah bint al-Azwar