Hidayatullah.com–Para menteri pertahanan anggota NATO yang sedang bertemu di Brussels mengajukan usulan pembuatan komando maritim dan logistik baru, dengan fokus menjaga jalur pelayaran di Atlantik aman dari serangan kapal-kapal selam musuh.
Itu akan menjadi ekspansi pertama dalam dua dekade, di tengah-tengah persepsi sekarang ini bahwa Rusia merupakan “ancaman potensial,” lapor Euronews (8/11/2017).
“2014 merupakan tahun yang sangat penting untuk memahami transisi dari NATO sebagai aktor ekspedisi menjadi NATO sebagai sebuah organisasi yg berfokus pada pertahanan kolektif,” kata Kristine Berzina, seorang senior fellow pada German Marshall Fund of United States.
“Apabila Anda melihat invasi Krimea dan jika Anda melihat aktivitas Rusia yang masih terus berlangsung serta dukungannya untuk kaum separatis dan peperangan di Ukraina Timur, maka ini menampakkan adanya bahaya, sungguh, bagi semua sekutu-sekutu NATO,” imbuhnya.
NATO sudah mengirim pasukan ke kawasan Baltik, Polandia dan Laut Hitam, guna meyakinkan kembali sekutu-sekutunya. Amerika Serikat juga mengirim kembali tank-tank dan pasukannya ke Eropa.
Rusia mengutuk tindakan itu, dengan mengatakannya sebagai agresif dan mengancam stabilitas Eropa Timur.
NATO sedang mempersiapkan untuk mengembalikan lagi sebagian struktur komando yang pernah dikurangi di penghujung era Perang Dingin. Jumlah pasukan yang dikerahkan tidak akan mencapai angka seperti di awal abad ini, sehingga langkah tersebut terkesan simbolik untuk menanggapi ancaman dari Rusia, lapor Euronews dari markas NATO di Brussels, Belgia.
Persetujuan dari reformasi itu diperkirakan akan diputuskan pada KTT resmi, yang digelar di markas baru NATO untuk pertama kalinya pada Juli tahun depan.*