Hidayatullah.com—Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan bahwa proses pembebasan bersyarat para terpidana akan dikaji ulang, menyusul akan dibebaskannya seorang terpidana pemerkosa yang diyakini telah menyerang lebih dari 100 wanita.
Dilansir BBC Ahad (7/1/2018), PM May mengatakan dia bertekad untuk melakukan apa saja yang diperlukan guna menjadikan proses pengambilan keputusan di Parole Board lebih terbuka.
Menurut seorang penasihat hukum, para korban penjahat kelamin John Worboys merasa “dikhianati” oleh keputusan badan pembebasan bersyarat yang mengeluarkan pria itu dari bui sebelum masa hukumannya berakhir. Tidak hanya itu, banyak korban yang mengaku tidak diberitahu oleh petugas Parole Board bahwa Worboys akan dikeluarkan dari penjara.
Berbicara di program televisi Andrew Marr Show, PM May mengatakan bahwa dia mengenal salah satu korban kejahatan Worboys. Korban yang dikenalnya itu tidak diberitahu oleh petugas bahwa pria tersebut dibebaskan dari penjara, dan justru mendengarnya dari media.
“Saya sangat memahami mengapa orang begitu khawatir dengan masalah ini,” ujarnya.
“Kami ingin memastikan bahwa para korban merasa cukup percaya diri untuk tampil ke muka, sehingga mereka merasa yakin bahwa polisi akan bertindak, dan yakin mereka akan mendapatkan keadilan,” imbuh May.
Ketua Parole Board mengatakan bahwa panel merasa “yakin” Worboys tidak akan mengulangi perbuatannya. Itu kenapa penjahat kelamin pemburu wanita-wanita muda tersebut mendapatkan pembebasan bersyarat.
Worboys, sekarang berusia 60 tahun, dijadwalkan keluar dari bui pada akhir bulan ini. Pada 2009 dia dinyatakan bersalah dalam 19 dakwaan membuat teler dan melakukan serangan seksual terhadap 12 penumpangnya, serta satu dakwaan pemerkosaan. Namun, polisi meyakini bahwa sesungguhnya Worboys pernah melakukan serangan seksual terhadap lebih dari 100 wanita, hanya saja tidak semua korbannya melapor.
Sopir taksi hitam khas London itu kerap berpura-pura memenangkan undian lotre atau menang judi dan mengajak penumpang untuk merayakannya dengan minuman champange. Setelah minuman yang dibubuhi obat penenang itu membuat teler korban, Worboys mulai melakukan serangan seksual.
Banyak dari wanita yang menjadi korbannya tidak begitu ingat dengan kejadian yang mereka alami, atau hanya ingat sedikit ketika mereka terlelap di taksi lalu terbangun sudah berada di rumah.
Kim Harrison, pengacara yang mewakili 11 korban Worboys, mengatakan mereka sangat “ketakutan” dengan akan dibebaskannya pria itu dari penjara.
Harrison mengatakan bahwa dulu ketika kliennya melaporkan kejahatan Worboys kepada pihak berwenang, mereka diberikan “kesan kuat” bahwa pelaku akan dipenjara dalam waktu yang lama.
Pihak kejaksaan mengatakan bahwa ketika investigasi kasus Worboys dimulai ada 83 pengaduan yang masuk, tetapi kebanyakan dari mereka tidak lolos tes pembuktian.*