Hidayatullah.com–Sejumlah tentara bayaran asal Rusia dilaporkan tewas setelah pasukan AS melancarkan serangan udara terhadap pasukan pendukung rezim di Suriah pekan lalu, pasca pertempuran sengit yang terjadi pada 7 Februari.
Jika perkiraan jumlah korban tewas terbanyak bisa dikonfirmasi oleh Rusia maka insiden itu termasuk perang paling mematikan sejak berakhirnya era perang dingin. Kejadian itu muncul ketika pasukan asing bertempur di Suriah untuk mempertahankan wilayah yang sebelumnya direbut kelompok ISIS.
“Pasukan tentara bayaran Rusia ini bekerja untuk perusahaan swasta Wagner, yang mengirim ratusan tentara bayaran ke Suriah untuk mendukung pasukan militer Rusia dan pro pemerintah,” begitu dilansir CNN, Selasa, 13 Februari 2018.
Sejumlah sumber Rusia menyebut sebanyak 200 tentara Rusia diperkirakan tewas pada pertempuran Rabu hingga Kamis pekan lalu di sekitar wilayah Deir Azzur, wilayah kaya minyak. Saat itu pasukan yang loyal pada Bashar al-Assad berhadapan dengan pasukan oposisi Kurdi yang didukung oleh penasihat militer AS sebagaimana dikutip theguardian.com, Rabu (14/2/2018).
Sedangkan, The New York Times menyatakan pejabat Rusia dan Suriah memperkirakan puluhan pasukan Rusia tewas.
Sementara CNN menulis, sekitar seratus pasukan pro pemerintah Suriah tewas dalam pertempuran di dekat Sungai Eufrat. Dari jumlah ini sekitar 30 anggota pasukan yang tewas berasal dari milisi Kristen pendukung Bashar Al Assad.
Saat itu, pasukan khusus AS, yang bertugas di lokasi, menyerang pasukan pro pemerintah Suriah menggunakan berbagai kekuatan udara canggih seperti pesawat tempur F-15E, drone MQ-9, pasukan pengebom B-52, pesawat AC-130 dan helikopter penyerang Apache AH-64. Serangan ini berlangsung selama sekitar tiga jam.
“Begitu pasukan penyerang bergerak ke barat, kami berhenti menyerang,” kata Letnan Jenderal Jeffrey Harrigian.
Mengenai ini, Kremlin mengatakan tidak mempunyai informasi apakah ada pasukan tentara bayaran Rusia yang tewas di lokasi. “Kami hanya menangani data mengenai pasukan Rusia,” kata Dmitri S. Peskov, juru bicara Kremlin. “Kami tidak punya data mengenai orang Rusia yang kemungkinan ada di Suriah.”
Baca: Komandan Hizbullah Tewas, Tandai 40 Tentara Bayaran yang Terbunuh Sejak 1 November
Komando Sentral AS menyatakan kemarin bahwa pasukan AS diserang dari sebuah tank. Serangan itu kemudian dibalas dengan serangan selama tiga jam dengan menggunakan sejumlah drone dan pesawat pengebom jenis B-52.
Satu unit pasukan penyerang berjumlah antara 300 sampai 500 tentara. Anggota pasukan udara AS, Jeffrey Harrigan mengatakan bahwa para penasihat militer AS ikut beroperasi di sejumlah pangkalan bersama unit pasukan Kurdi.
Dia menambahkan bahwa dirinya ikut membalas serangan udara tersebut. Harrigan mengatakan bahwa serangan tiba-tiba itu tidak bisa dihindari sehingga pihaknya melakukan pembalasan untuk mempertahankan diri.
Insiden ini mewarnai meningkatnya ketegangan Amerika Serikat dan Rusia di Suriah. Masing-masing memiliki pasukan milisi yang mereka dukung dan persenjatai.*