Hidayatullah.com– Universitas Oxford menyeru Ferdinand Marcos Jr, yang belum lama ini meraih suara terbanyak dalam pemilihan presiden Filipina, agar berhenti memanipulasi keadaan seputar studinya di perguruan tinggi ternama di Inggris itu. Oxford menegaskan bahwa Bongbong Marcos tidak menuntaskan pendidikan sarjana di lembaga pendidikannya.
Dilansir The Guardian Senin (16/5/2022),, Oxford mengkonfirmasi bahwa Marcos Jr tidak menyelesaikan kuliah jenjang sarjana BA dalam bidang studi filsafaat, politik dan ekonomi setelah mendaftarkan diri pada tahun 1975.
“Menurut catatan kami, dia tidak menyelesaikan kuliahnya, tetapi dianugerahi diploma khusus dalam studi sosial pada tahun 1978,” kata Oxford, menanggapi permintaan keterangan – berdasarkan hak kebebasan informasi – yang diajukan oleh pendukung rival Marcos Jr dalam pemilu lalu yang berbasis di Inggris.
Marcos Jr, yang dikenal dengan nama panggilan “Bongbong”, dalam sejumlah wawancara mengatakan bahwa dia mendapatkan gelar sarjana dari Oxford. Sementara website pribadinya menyatakan, “Dia menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Oxford dan lulus dengan diploma khusus dalam studi sosial.”
Meskipun kandidat presiden Filipina tidak diharuskan memiliki gelar sarjana dan cukup memiliki kemampuan baca-tulis dan memenuhi usia tertentu, pencitraan diri sebagai lulusan perguruan tinggi ternama – padahal kenyataannya tidak demikian – bisa dikategorikan sebagai pembohongan publik.
Marcos Jr menerima lebih dari 31 juta suara dalam penghitungan yang belum diresmikan pada pemilu presiden pekan lalu, termasuk perolehan suara terbesar dalam beberapa dekade pemilu di Filipina.
Isu gelar Oxford Marcos Jr pertama kali muncul tujuh tahun lalu ketika profilnya di situs web untuk pemilihan anggota senat Filipina menyatakan bahwa dia telah memperoleh gelar dari Oxford dalam bidang filsafat, politik dan ekonomi (PPE), jurusan yang paling banyak diambil oleh para politisi di Inggris.
Sejumlah surat yang baru diterbitkan tahun lalu mengungkapkan bahwa utusan-utusan ayahnya telah melobi sejumlah tokoh senior di St Edmund Hall Universitas Oxford untuk mempertahankan karir akademis putranya setelah ia gagal dalam
ujian beberapa kali.
Lolos dari isu akademiknya, Marcos Jr kemudian menjadi wakil gubernur Provinsi Ilocos Norte, kampung halamannya di bagian barat laut Luzon, pada usia 23 tahun. Kemudian dia menjabat gubernur.
Bongbong berusia 29 tahun ketika ayahnya digulingkan dari kekuasaan pada 1989 oleh revolusi rakyat dan keluarganya terpaksa meninggalkan Filipina untuk mengasingkan diri ke Hawaii.
Sebelumnya muncul dokumen yang mengungkapkan bahwa Marcos Jr gagal dalam dua dari tiga ujian pendahuluan di Oxford pada musim panas 1976. Setelah itu dia gagal dalam satu dari dua ujian agar tetap dapat duduk di perguruan tinggi itu, gagal lulus ujian bidang politik untuk kedua kalinya.
Kaki tangan ayahnya kemudian gencar melobi John Kelly, pimpinan St Edmund Hall, yang ditanya apakah mereka dapat memikirkan keadaan khusus apa pun yang bisa “meluluskan” Bongbong dari perguruan tinggi bergengsi itu.
Kesepakatan kemudian dicapai bahwa Marcos Jr diperbolehkan melanjutkan pendidikannya di bidang PPE tetapi dipindahkan ke diploma khusus bidang ilmu-ilmu sosial, program studi yang pada akhirnya kemudian ditutup.*