Hidayatullah.com–Beberapa negara Arab telah menyuarakan dukungannya kepada serangan yang dipimpin Amerika Serikat (AS) yang menargetkan tempat penyimpanan senjata kimia rezim Bashar al Assad pada Sabtu.
Amerika, Prancis dan Inggris melancarkan serangan tersebut setelah dugaan adanya penggunaan senjata kimia yang menewaskan puluhan nyawa di Douma, dekat Damaskus, Ghouta Timur.
Dalam sebuah pernyataan, Arab Saudi “mendukung sepenuhnya” serangan udara sebagai “respon atas penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad yang menewaskan masyarakat sipil yang tidak bersalah, termasuk wanita dan anak-anak.”
“Penggunaan senjata yang telah dicegah secara internasional adalah lanjutan kejahatan yang dilakukan oleh rezim Assad selama bertahun-tahun kepada masyarakat Suriah,” ujar sebuah sumber dengan Kementerian Luar Negeri, dikutip oleh kantor berita SPA sebagaimana dikutip Anadolu Agency.
Kementerian Luar Negeri Qatar juga mendukung serangan yang dipimpin oleh AS terhadap “target spesifik, yang digunakan oleh rezim Assad untuk membunuh masyarakat sipi.”
Dalam sebuah pernyataan, kementerian menegaskan kembali dukungan untuk semua upaya internasional yang ditujukan untuk mencapai solusi politik “yang memenuhi aspirasi masyarakat Suriah dan mempertahankan integritas wilayah Suriah.”
Bahrain juga menyatakan dukungannya kepada serangan yang menargetkan pangkalan militer dan tempat penyimpanan senjata kimia di Suriah.
Baca: NATO Dukung Serangan ke Suriah oleh AS, Inggris dan Prancis
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Bahrain menyatakan serangan tersebut “sangat penting untuk melindungi masyarakat sipil Suriah dan mencegah penggunaan senjata yang telah dilarang.”
Solusi Politik
Sementara Kuwait, menyesalkan “eskalasi yang berbahaya” di Suriah.
Sebuah sumber Kementerian Luar Negeri mengatakan serangan yang dilancarkan tersebut adalah hasil dari kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk meraih solusi politik terhadap konflik yang telah berlangsung selama 7 tahun, menurut kantor berita KUNA.
Mesir, sementara itu, menyuarakan perhatiannya terhadap “eskalasi militer di Suriah”.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa mereka menolak penggunaan senjata yang dilarang secara internasional di Suriah, menyerukan penyelidikan yang transparan atas tuduhan penggunaan senjata kimia di negara tersebut.
Yordania menyerukan untuk mencapai solusi politik untuk konflik di Suriah.
“Solusi politik adalah satu-satunya jalan keluar krisis di Suriah, yang telah memasuki tahun ke-8 untuk menjamin stabilitas, integritas wilayah dan keamanan Suriah,” ujar juru bicara pemerintah Mohammad al-Momani dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Iraq menyebut serangan yang dipimpin oleh AS sebagai “tindakan yang berbahaya”.
“Kami menganggap perilaku ini sangat berbahaya karena dampaknya pada warga yang tidak bersalah,” kata juru bicara kementerian, Ahmad Mahjoub dalam sebuah pernyataan.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan serangan yang dipimpin AS “tidak berkontribusi untuk menemukan solusi politik terhadap krisis Suriah.”
“Dialog telah menjadi suatu keharusan untuk menghentikan situasi yang memburuk dan mengurangi campur tangan asing yang telah memperumit krisis Suriah,” ujar Aoun dalam sebuah pernyataan.
“Lebanon menolak segala serangan yang dilakukan asing kepada negara Arab, apapun alasannya,” ia menekankan.
Sementara Turki, melalui Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu pada Sabtu mengatakan Turki tidak memihak kepada Rusia dan Amerika Serikat (AS) namun setuju pemusnahan senjata kimia.
“Kita tidak membuat pilihan antara Rusia dan AS. Kita juga tidak membuat pilihan antara Bashar al-Assad dan AS, Prancis dan Inggris,” ujar Cavusoglu dalam kongres ke-5 Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK) di wilayah Alanya.
“Tujuan kita adalah membawa solusi politik di Suriah, menciptakan kembali perdamaian dan menjamin stabilitas, perbatasan dan persatuan Suriah; kami sungguh-sungguh mengenai hal ini,” ujar dia.
Pada Sabtu, Cavusoglu mengatakan serangan yang dipimpin oleh AS adalah untuk melawan rezim Assad yang menggunakan senjata kimia.*