Hidayatullah.com—Wael Ghoneim, pemuda Mesir yang menjadi terkenal karena perannya dalam Revolusi 25 Januari, mengatakan bahwa meskipun ia memilih Muhammad Mursy sebagai presiden, namun ia memiliki sejumlah catatan yang harus diperhatikan oleh capres dukungan Al Ikhwan tersebut.
“Saya memilih Mursy, tetapi saya tidak terlalu senang dia menang. Dan saya akan menjadi anggota oposisi saat ia memegang kekuasaan,” kata Ghoneim di akun Twitter-nya, dikutip Al Arabiya (19/6/2012).
Ghoneim, admin laman Facebook ‘Kita Semua Khaled Said’ yang mengajak rakyat Mesir untuk memulai Revolusi 25 Januari, menyangkal tudingan yang mengatakan bahwa ia memilih Mursy karena dirinya bagian dari Al Ikhwan Al Muslimun.
“Banyak orang memilih Mursy bukan karena ia anggota dari Al Ikhwan Al Muslimun atau ketua sayap politik Partai Kebebasan dan Keadilan, melainkan karena mereka tidak ingin memilih seorang anggota dari rezim lama,” kata Ghoneim.
Ia menjelaskan, banyak orang yang pada putaran pertama tidak memilih Mursy karena alasan ideologi.
“Namun pada putara kedua, jutaan orang yang yakin pada revolusi dan ingin melihat adanya perubahan yang nyata, harus mengesampingkan perbedaan itu dan (akhirnya) memilih Mursy.”
Itulah sebabnya, tegas Ghoneim, Al Ikhwan Al Muslimun harus melihat hasil pemilihan presiden tahap kedua itu sebagai kemenangan dari revolusi, bukan kemenangan seorang kandidat dari kelompok Islamis.
“Mursy akan menjadi presiden bagi seluruh rakyat Mesir, bukan hanya kelompok Islam.”
Ghoneim menekankan perlunya persatuan rakyat di saat Mesir dalam keadaan genting. “Semua faksi politik perlu untuk bekerja sama demi kepentingan Mesir dan mengesampingkan semua polarisasi dan pertikaian.”
Hal itu dapat dilakukan dengan memusatkan perhatian pada masalah-masalah penting seperti memerangi kemiskinan dan buta aksara, serta fokus pada masalah pembangunan dan ilmu pengetahuan, jelas Ghoneim.
Ghoneim menyatakan kegembiraannya atas kekalahan yang diderita lawan Mursy, perdana menteri terakhir era Husni Mubarak, Ahmad Shafiq.
“Shafiq mengira bahwa dengan memfitnah revolusi dan bersekutu dengan musuh-musuh revolusi akan membuatnya meraih kemenangan, dia salah.”*