Hidayatullah.com—Pemilik Amazon memang orang terkaya di dunia, tetapi pekerjanya terpaksa buang air seni di botol-botol karena takut ditegur akibat ketinggalan target pekerjaan, kata seorang penulis yang melakukan penyamaran di gudang Amazon Inggris.
Menurut James Bloodworth, yang sengaja melamar pekerjaan di gudang Amazon di Staffordshire untuk menyelesaikan penulisan bukunnya tentang masalah gaji rendah di Inggris, para pekerja bagian pengambilan barang yang akan dikirim tidak pergi ke toilet, karena jaraknya terlalu jauh.
“Bagi kami yang bekerja di lantai atas, toilet terdekat berada empat tangga di bawah. Orang-orang akhirnya pipis di botol-botol karena mereka ketakutan kena teguran disiplin akibat ‘waktu menganggur’ dan kehilangan pekerjaan karena mereka pergi ke toilet,” kata Bloodworth seperti dikutip RT Senin (16/4/2018) dari koran The Sun.
Raksasa perdagangan online itu kerap membangga-banggakan sistem pemrosesan pesanan pelanggannya yang super cepat. Untuk menjaga kecepatan proses itu, Amazon menerapkan kebijakan ketat soal target dan waktu istirahat. Bahkan, pihak perusahaan memberlakukan peringatan bagi mereka yang dinilai tidak mencapai target atau dianggap bekerja lambat.
“Targetnya naik setiap tahun. Saya tidak punya 2 kaki tambahan untuk mencapai target 100 persen. Kamu harus benar-benar lari untuk pergi ke dan kembali dari toilet saat waktu jeda. Mengemas 120 produk setiap hari sungguh pekerjaan yang amat sangat melelahkan,” kata seorang pekerja Amazon yang tidak ingin diungkapkan identitasnya, seraya menegaskan bahwa mereka harus mengepak dua produk per menit.
“Anda tak punya waktu untuk minum air karena setiap kali ke toilet alat pemindai akan merekam dan mengirimkan pesan soal target dan mengingatkan anda agar bergegas,” imbuh orang itu
Survei terbaru menunjukkan hampir 75 persen pekerja di gudang Amazon mengaku takut pergi ke toilet karena khawatir akan ketinggalan target.
Survei itu, yang dilakukan oleh kelompok kampanye Organise, juga mengungkap bahwa pekerja menjadi gelisah setelah bergabung dengan Amazon. Peritel online raksasa itu memberlakukan hukuman bagi pekerja yang sakit. Seorang pekerja wanita mengatakan dia pernah sakit ketika sedang hamil, dan terus mendapatkan peringatan poin soal kondisinya itu.
“Saya masuk kerja meskipun sedang tidak enak badan. Bisa bekerja hanya dua jam, selanjutnya tidak sanggup lagi. Saya kemudian melapor ke pengawas dan diberi surat izin sakit, waktu itu saya mengalami masalah perut (muntah dan diare, parah). Saya lalu mengunjungi dokter, mendapat surat keterangan lengkap dengan penjelasannya. Namun, saya tetap saja dipecat,” kata seorang pekerja Amazon lain.
Menurut data yang dipaparkan Indeed, website ketenagakerjaan berbasis di Amerika, rata-rata gaji pekerja gudang Amazon di Inggris sekitar 8 pound per jam ($10).*