Hidayatullah.com—Ribuan orang mengikuti prosesi pemakaman Mawda Shawri, bocah perempuan kelahiran Jerman anak migran Iraq yang ditembak mati oleh polisi Belgia awal bulan ini.
Orang-orang dari komunitas Kurdi dan lainnya turun ke jalan mengiringi peti mati bocah itu ke pemakamannya di ibukota Brussels.
“Biasanya hanya keluarga, teman, yang mendampingi orangtua yang kehilangan anaknya. Namun, mereka ini adalah keluarga migran, jadi mereka sendiri di sini,” kata Selma Benkhelifa, pengacara keluarga bocah tersebut.
“Komunitas Kurdi di Belgia dan warga Belgia ingin menunjukkan bahwa mereka (keluarga korban) tidak sendiri merasakan kepedihannya dan bahwa kami bisa mendampingi mereka di pemakaman putri kecilnya,” imbuh Benkhelifa seperti dilansir Euronews Rabu (30/5/2018).
Mawda dikabarkan tertembak di bagian wajah dalam pangkuan ibunya di kursi depan sebuah mobil van, ketika mobil yang mengangkut sekitar 30 migran ilegal itu dikejar-kejar aparat kepolisian. Bocah perempuan itu kemudian meninggal di ambulan.
“Mereka ini lari menyelamatkan diri dari peperangan, malangnya mereka justru kehilangan nyawa di Eropa, padahal keamanan merupakan hal prinsip bagi Eropa,” kata Eren Koc, seorang anggota Asosiasi Orang Kurdi Brussels.
Menyusul kejadian yang merenggut nyawa Mawda banyak orang turun ke jalan guna memprotes kebijakan migrasi Belgia. Tidak jelas sampai kapan orangtua Mawda diperbolehkan tinggal di negara itu.
“Saya berbicara langsung kepada perdana menteri, saya tidak paham bagaimana dia bisa menemui keluarga korban tetapi tidak dapat segera memutuskan apa ang akan dilakukan terhadap mereka, mengingat anak perempuan itu akan dimakamkan di sini di Belgia,” kata Mehdi Kassou, dari kelompok Citizens Platform for Refugee Support.
Kementerian Dalam Negeri Belgia menyebut kematian Mawda sebagai peristiwa “tragis.” Masalah kematiannya masih dalam proses penyelidikan.*