Hidayatullah.com—Pengurus Masjid Kota Kinabalu (MBR) memutuskan melarang wisatawan mengunjungi masjid untuk sementara waktu akibat video di media sosial baru-baru ini akibat tindakan wisatawan asing berperilaku tidak senonoh, menari di atas tembok pagar masjid tersebut.
“Pejabat MBR telah menyatakan rasa kecewa dengan tindakan segelintir turis meskipun sudah dijelaskan tata tertib di sekitar masjid,” katanya hari ini Ahad, 24 Juni 2018, dikutip Ketua Pengurus MBR Jamal Tun Sakaran.
Menyusul insiden itu juga, Jamal mengatakan pihak MBR memutuskan segera melarang semua bus, kendaraan transportasi Grab dan taksi untuk tak membawa wisatawan masuk ke daerah dan sekitar masjid, melainkan sudah terdaftar dengan MBR.
“Larangan itu tidak memungkinkan kendaraan transportasi untuk memarkir kendaraan di luar masjid seperti biasa,” katanya dikutip Bernama.
Asisten Menteri Pariwisata, Kebudayaan dan Lingkungan Sabah, Assafal Alian mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa tindakan mereka keterlaluan dan tidak sopan. Terutama karena hal tersebut dilakukan di tempat ibadah.
“Tindakan para turis di tempat religius ini menunjukkan kurangnya rasa hormat kepada komunitas Muslim kami serta keramahan yang diberikan kepada mereka,” katanya dilansir The Star.
Baca: Kegigihan Anak Kelantan Membuka Pondok Pertama di Sabah
Menurut Jamal, MBR membuka kesempatan bagi wisatawan untuk mengunjungi masjid dengan sekitar 500-1.000 orang dalam sehari.
“Intinya, manajemen MBR telah melakukan berbagai upaya untuk menyampaikan pesan keindahan Islam dan masjid kepada wisatawan yang berkunjung, tetapi masih ada turis yang bertindak tak terduga.
“Upaya ini termasuk inisiatif MBR untuk menyediakan pemandu wisata, jubah, baju kurung, sungkup, dan sebagainya,” katanya.
Menurut dia, masjid juga menyediakan pusat pariwisata untuk memfasilitasi penyebaran informasi dan untuk mempromosikan kegiatan dakwah.
“Upaya ini termasuk inisiatif MBR untuk menyediakan pemandu wisata, jubah, baju kurung, sungkup, dan sebagainya,” katanya.
Jamal menambahkan bahwa untuk menegakkan citra dan kesucian Islam dan masjid, manajemen akan mengadakan diskusi lebih lanjut dengan operator tur. Agar kedua pihak menemukan cara terbaik untuk memastikan keberlanjutan industri pariwisata Sabah dan tetap menghormati sekitar.
Dia juga mengatakan bahwa masjid akan mempekerjakan lebih banyak korps sukarelawan sipil, atau anggota RELA, untuk menjaga gedung dan kompleksnya.
Sebelum ini, dalam sebuah video sembilan detik yang diunggah di media sosial, dua perempuan terlihat menari di atas pagar dengan masjid di belakang mereka. Sementara ada satu perempuan lain yang tampak mengambil video mereka.
“Manajemen telah menyatakan kekecewaan sepenuhnya dengan tindakan beberapa wisatawan meskipun telah diberi penjelasan tentang kode etik saat berada di kompleks masjid,” katanya dalam sebuah pernyataan.*