Hidayatullah.com—Sekilas, kota kecil Etais-La-Sauvin, sekitar 200 kilometer arah selatan dari Paris, adalah daerah pedesaan di Prancis seperti pada umumnya. Siapa sangka akibat polusi pestisida pada tanah, mereka tidak dapat menggunakan air yang mengalir di rumah-rumah mereka untuk diminum.
Etais tidak sendirian. Beberapa desa lainnya di wilayah Bourgogne juga mengalami hal serupa, meskipun belum lama.
Sebanyak 700 penduduk daerah itu harus menggunakan air mineral dalam kemasan untuk minum, masak dan mencuci.
Dominique Schlestraete, pemilik satu-satunya rumah makan yang ada di desa itu, terpaksa membeli ratusan botol air untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya setiap bulan. Marah dengan keadaan itu, dia akhirnya berhenti membayar pajak-pajak yang berhubungan dengan suplai air bersih.
“Saya tidak keberatan membayar apa yang saya konsumsi, tetapi tidak untuk pajak selama airnya tidak dapat diminum,” ujar pria itu seperti dikutip Euronews Rabu (22/8/2018).
Sejak itu dia diberi tahu bahwa pasokan airnya, yang tak dapat dimanfaatkannya, akan diputus.
Otoritas Kesehatan Regional (ARS) selama bertahun-tahun secara seksama memantau pasokan air yang dialirkan ke rumah-rumah penduduk. Pada tahun 2016 ARS harus melarang penduduk menggunakan air tersebut setelah ditemukan kandungan pestisida yang tinggi di dalamnya, seperti metazachlor –herbisida yang dipakai meluas untuk membunuh gulma di lahan pertanian dan perkebunan.
Eric Roblin, wakil kepala daerah Etais, mengatakan kepada Euronews bahwa situasi itu akan diatasi pada musim gugur yang akan datang, jika pekerjaan perbaikan kondisi air yang sebagian didanai pemerintah setempat mulai dijalankan.
Akan tetapi, ARS memperingatkan bahwa masalahnya tidak hanya terbatas di daerah itu, dan untuk menanggulanginya adalah pekerjaan besar yang membutuhkan waktu lama disebabkan sektor pertanian di Prancis sangat banyak menggunakan pestisida.
Setiap tahun, ribuan penduduk di Prancis diperintahkan untuk tidak menggunakan pasokan air yang mengalir ke rumah-rumah mereka akibat kontaminasi pestisida pada tanah. Namun, masalah ini agak disepelekan sebab dianggap hanya berdampak pada sebagian kecil penduduk negara itu.*