Hidayatullah.com–Prajurit Bolivia yang menarik pelatuk senjata untuk mengeksekusi gerilyawan ternama Ernesto “Che” Guevara telah meninggal dunia dalam usia 80 tahun.
Mario Terán “hanya memenuhi tugasnya sebagai seorang sersan tentara,” kata pensiunan jenderal Gary Prado, pemimpin kelompok yang berhasil menemukan persembunyian Guevara pada 1967 setelah berbulan-bulan melacaknya.
Berbicara kepada Radio Compañera, dia mengatakan Terán meninggal dunia setelah lama menderita sakit. Dia meninggalkan seorang istri dan dua anak, lansir Associated Press Kamis (10/3/2022).
Guevara, seorang dokter asal Argentina, sangat dikagumi sebagai tokoh terkemuka dalam revolusi Kuba yang memenangkan kekuasaan pada tahun 1959 di bawah kepemimpinan Fidel Castro dengan menggulingkan diktator Fulgencio Batista.
Setelah menduduki jabatan senior di pemerintahan Kuba selama beberapa tahun, ia kembali berpetualang untuk memimpin sejumlah pemberontakan lainnya – dengan keberhasilan jauh lebih rendah – di Afrika dan kemudian di Amerika Selatan.
Pasukan kecilnya akhirnya terlacak oleh tentara Bolivia pada tahun 1967.
Terán dipilih untuk melaksanakan perintah eksekusi Guevara – yang kala itu sudah terluka dan berusia 39 tahun – setiba dari ibu kota.
“Itu adalah momen terburuk dalam hidupku,” kata Terán kepada wartawan kemudian. “Aku melihat sosok Che yang besar, sangat besar. Matanya terus bersinar. Aku merasakan dia menghampiriku dan ketika dia mengarahkan pandangannya padaku, aku menjadi pusing…”
“’Tenangkan dirimu,’ katanya padaku, ‘dan bidik dengan baik! Kamu akan membunuh seorang pria!’ Kemudian aku mundur selangkah ke arah pintu, memejamkan mata lalu menembak.”
Penulis biografi Guevara mengatakan bahwa tembakan pertama Terán ke arah dada Guevara meleset, tetapi tembakan selanjutnya akhirnya mengenai tokoh revolusi yang disegani kawan dan lawan itu.*