Hidayatullah.com–Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengatakan hari Kamis, bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Mesir hasil kudeta, Abdul Fattah Al-Sisi di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Pembicaraan Netanyahu dengan Al-Sisi kemarin fokus pada “perkembangan regional”, tulis Netanyahu di Twitter dikutip Middle East Monitor.
Mesir telah bekerja untuk menengahi gencatan senjata jangka panjang antara ‘Israel’ dan pejuang Hamas setelah lebih dari 200 warga Palestina tewas ketika mengambil bagian dalam protes aksi damai kepungan bertajuk The Great Return March di Jalur Gaza yang terkepung.
Mesir adalah segelintir Negara Arab pertama yang mengakui ‘negara palsu ‘Israel’’ di bawah perjanjian damai 1979 dan kedua negara menjaga hubungan erat pada keamanan serta hubungan energi.
Perusahaan ‘Israel’ dan Mesir hari ini mengumumkan bahwa mereka akan membeli pipa yang akan memungkinkan kesepakatan ekspor gas alam senilai $ 15 miliar dimulai tahun depan.
Netanyahu dan Al-Sisi bertemu untuk pembicaraan mereka yang diumumkan sebelumnya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dia menginginkan “solusi dua Negara”, yang tak diinginkan rakyat Palestina, untuk menyelesaikan konflik ‘Israel’-Palestina, dalam apa yang tampaknya menjadi ungkapan paling jelas dari dukungan pemerintahnya untuk sebuah hasil.
Tetapi kemudian Trump mengatakan pada konferensi pers bahwa dia akan terbuka untuk solusi satu negara jika itu adalah preferensi pihak-pihak itu sendiri, posisi yang telah dia nyatakan sebelumnya.
Dalam sebuah pernyataan, Netanyahu mengatakan dia yakin bahwa rencana yang ia sebut ‘perdamaian’ yang dijanjikan AS akan mendukung tuntutan ‘Israel’ untuk mempertahankan kontrol keamanan Tepi Barat; wilayah yang ditempati dalam perang 1967 dan yang oleh warga Palestina sebagai bagian dari sebuah negara masa depan.*