Hidayatullah.com—Tim investigasi Austria menggeledah rumah dari seorang aktivis kelompok kanan-jauh dalam hubungannya dengan investigasi serangan atas dua masjid di New Zealand belum lama ini.
Martin Sellner, pemimpin Identitarian Movement Austria (IBO), mengatakan dalam sebuah rekaman video bahwa dia menerima donasi, kemungkinan dari tersangka utama serangan di dua masjid di Christchurch, New Zealand.
Namun, dia membantah memiliki keterkaitan apapun dengan serangan tersebut, lapor BBC Rabu (27/3/2019).
Lima puluh orang terbunuh dan puluhan lainnya mengalami luka-luka dalam penembakan di masjid Al-Noor di kota Christchurch dan sebuah masjid di Linwood yang terletak tak jauh dari lokasi pertama pada 15 Maret.
Warga Australia bernama Brenton Tarrant, pria berusia 28 tahun yang memproklamirkan dirinya sebagai pendukung supremasi kulit putih, telah didakwa dengan satu pembunuhan dan akan menghadapi dakwaan-dakwaan lainnya.
Dalam rekaman video yang diunggah ke internet hari Senin (25/3/2019), Sellner mengatakan dia menerima sebuah email yang menyatakan donasi dalam jumlah cukup besar dari seorang bernama “Tarrant”. Sellner mengatakan bahwa dirinya kemudian mengirimkan email ucapan “terima kasih” seperti yang biasa dia lakukan kepada orang-orang yang mengirimkan donasi.
“Saya tidak ada keterkaitan dengan serangan teror ini,” kata Sellner, seraya menambahkan bahwa organisasinya merupakan kelompok anti-imigrasi yang bersifat damai.
Dia mengatakan bahwa petugas menggeledah flatnya di kota Wina pada hari Senin dan menyita telepon, komputer, serta perangkat-perangkat lain miliknya.
Seorang jubir dari kantor kejaksaan mengatakan bahwa pihaknya telah mengetahui adanya alamat email mencurigakan saat menyelidiki donasi bernilai sekitar 1.500 euro kepada IBO.
Pihak berwenang Austria pekan lalu mengkonfirmasi bahwa Brenton Tarrant pernah mengunjungi negara itu, kemungkinan bulan November 2018, meskipun penjelasan rinci perihal kunjungannya tidak diketahui.
Sellner merupakan salah satu pemuda aktivis paling menonjol di kalangan kanan-jauh di Eropa.
Bulan Maret 2018, Sellner dan kekasihnya Brittany Pettibone –seorang vlogger alt-right dan peminat teori konspirasi– dilarang masuk ke wilayah Inggris. Pihak berwenang di Kerajaan Ratu Elizabeth II itu menyatakan kehadiran keduanya “tidak kondusif untuk kebaikan masyarakat setempat.”*