Hidayatullah.com—Para pelancong yang bepergian ke Turki bisa ditangkap jika mereka mengkritik rezim Erdogan di media sosial, kata Kementerian Luar Negeri Jerman dalam salah satu panduan resminya. Bahkan sekedar “menyukai” (memberi jempol) untuk postingan antirezim Erdogan dapat menimbulkan masalah serius.
Orang-orang yang mengkritik pemerintah Turki secara online berisiko masuk penjara di Turki, kata Kemenlu Jerman dalam pedoman bepergian ke luar negeri bagi warga negara Jerman yang baru. Kemenlu juga memperingatkan bahwa beberapa tahun belakangan sejumlah pelancong asal Jerman juga “dipenjarakan secara sewenang-wenang” oleh aparat di Turki.
“Penangkapan dan persekusi atas warga negara Jerman banyak kali berkaitan dengan kritik antipemerintah di media sosial,” kata kementerian seperti dilansir DW Kamis (25/10/2018). Dalam sejumlah kasus bahkan hanya sekedar “menyukai” atau memberi jempol dan membagikan postingan atau konten atau tautan berisi kritik terhadap rezim Erdogan sudah dapat dijadikan alasan penangkapan oleh aparat hukum Turki.
Tidak hanya itu, bahkan pesan-pesan pribadi bisa saja disampaikan ke pihak berwenang Turki oleh orang yang “tidak diketahui identitasnya”, kata pejabat-pejabat Jerman.
Ungkapan dukungan terhadap kelompok Gulen atau militan Kurdi, keduanya dianggap kelompok teroris oleh pemerintah Turki, juga dapat menjadi alasan penangkapan seseorang.
Jika seseorang dinyatakan bersalah “menghina presiden” atau melakukan “propaganda untuk kelompok teroris” maka orang itu bisa jadi akan mendekam dalam penjara Turki selama bertahun-tahun.
Jerman juga menyeru agar warga negaranya ketika di Turki menjauhi acara-acara yang berbau politik dan “kerumunan massa secara umum.”
Kemenlu Jerman juga mengatakan bahwa banyak WN Jerman yang ditolak masuk ke Turki tanpa penjelasan sejak awal tahun 2017. Kebanyakan mereka yang ditolak masuk ke Turki itu memiliki hubungan famili dan hubungan pribadi dengan orang-orang di Turki, orang-orang berlatar belakang Kurdi atau pengikut Alevi.
“Individu-individu tersebut dipaksa pergi kembali ke Jerman setelah berjam-jam menunggu di ruang tahanan atau bahkan berhari-hari di sana,” kata pejabat Jerman. “Dalam kasus-kasus seperti itu, telepon seluler mereka disita dan diperiksa konten-konten dan kontak yang tersimpan di dalam gawainya.”
Lebih dari 20 WN Jerman ditahan di Turki sejak peristiwa kudeta gagal Juli 2016. Sebagian dari mereka sudah dibebaskan, tetapi akibatnya suhu hubungan antara Berlin dan Ankara masih tetap tinggi.
Sejumlah aktivis di Turki juga dikabarkan ditangkap setelah mereka mengkritik intervensi militer Turki di Suriah, mengecam kampanye militer anti-Kurdi, atau bahkan performa buruk ekonomi negara tahun ini.*