Hidayatullah.com—Sekelompok migran asal Amerika Tengah yang berkemah di perbatasan Meksiko-Amerika Serikat hari Kamis (29/11/2018) mulai melakukan aksi mogok makan. Mereka mengatakan ingin menekan pemerintah AS agar membiarkan mereka masuk dan mengajukan suaka di negeri Paman Sam, sekaligus memprotes otoritas Meksiko yang memblokir jalan rombongan mereka menuju utara.
Kelompok itu adalah bagian dari “Karavan Migran” yang terdiri dari sekitar 6.000 orang –kebanyakan asal Honduras– yang beramai-ramai menempuh perjalanan mencari penghidupan baru dengan tujuan utama Amerika Serikat. Mereka meninggalkan kampung halaman guna menghindari kekerasan dan kemiskinan yang melanda negerinya. Sekarang rombongan itu terhenti langkahnya di Tijuana, kota di Meksiko yang berbatasan dengan wilayah California, Amerika Serikat.
Kebanyakan dari migran yang melakukan mogok makan adalah kaum Hawa.
“Karena tidak ada yang mendengarkan kami, kami memutuskan sebagai gerakan wanita … untuk melakukan mogok makan,” kata Claudia Miranda, wanita asal Honduras di depan awak media di Tijuana, seperti dilansir DW.
Para wanita berusaha membuat barisan di depan kantor imigrasi di perbatasan, tetapi mereka dihadang polisi.
“Apa yang dilakukan polisi itu tidak adil … kami ini berusaha memperjuangkan hak-hak kami,” kata Gerson Madrid, migran usia 22 tahun asal Honduras.
Wali Kota Tijuana mengatakan kepada DW bahwa kotanya menghadapi bencana kemanusiaan.
“Yang kami hadapi di sini manusia,” kata Juan Manuel Gastelum. “Integritasnya, martabatnya. Mereka membutuhkan tempat untuk duduk dan tidur. Apa jadinya jika seseorang memicu kerusuhan? Siapa yang akan bertanggung jawab?” tanya Gestelum.
Beberapa ratus orang berusaha memanjat pagar perbatasan hari Ahad lalu, tetapi petugas penjaga perbatasan Amerika Serikat menembaki mereka dengan gas air mata ke arah wilayah Meksiko guna menghalau mereka menjauhi pagar.*