Hidayatullah.com–Prihatin dengan perlakuan Israel terhadap rakyat Palestina dan karena tak adanya komitmen Zionis untuk mewujudkan solusi dua negara, Presiden Afrika Selatan mengumumkan bahwa dia masih berkomitmen dengan tekadnya untuk menurunkan status perwakilan diplomatik negaranya di Tel Aviv.
“Kita jelas soal dukungan kita untuk terwujudnya negara Palestina, begitu pula dengan hak negara Israel untuk eksis secara damai dan aman bersama tetangga-tetangganya,” kata Presiden Cyril Ramaphosa kepada parlemen pekan ini seperti dikutip RT Sabtu (9/3/2019). Dia mendesak pemerintah untuk mengimplementasikan resolusi 2017 partai penguasa yang menyeru diturunkannya status kedutaan besar di Israel menjadi hanya sebagai kantor penghubung, karena “pelanggaran berkelanjutan terhadap hak-hak rakyat Palestina oleh Israel.”
Beberapa pekan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel, dan memerintahkan Departemen Luar Negeri AS memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, partai African National Congress (NAC) dibawah kepemimpinan mantan presiden Jacob Zuma kala itu, meloloskan sebuah resolusi guna menunjukkan “dukungan terhadap rakyat Palestina yang tertindas,” serta menegaskan bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya jalan untuk mengataksi krisis Palestina-Israel.
Selama tujuh dekade terakhir, ikatan diplomatik Afrika Selatan dan Israel seperti hubungan benci-cinta. Setelah Afsel menjadi salah satu negara yang paling awal mengakui negara Israel pada tahun 1948, hubungan dengan negara Yahudi itu tumbuh subur saat rezim minoritas kulit berkuasa di negeri Afrika tersebut. Namun, menyusul runtuhnya sistem politik apartheid, yang mendiskriminasikan orang kulit hitam, negara itu mulai cenderung mendukung rakyat Palestina, menggelar demonstrasi dan kampanye boikot menentang negara Israel.*