Hidayatullah.com—Sejumlah negara dan maskapai penerbangan melarang terbang armada pesawat Boeing 737 MAX 8, menyusul kecelakaan di Ethiopia.
Dilansir RT Selasa (12/3/2019) Aeromexico mengumumkan untuk sementara melarang terbang enam pesawat Boeing 737 Max 8 sampai ada informasi konklusif perihat investigasi atas kecelakaan yang menimpa penerbangan ET302 milik Ethiopian Airlines yang menewaskan 157 orang pada hari Ahad (10/3/2019).
“Bagi Aeromexico, keselamatan dan kenyamanan penumpang merupakan hal yang paling penting,” kata pihak maskapai dalam pernyataannya seperti), seraya menambahkan bahwa penerbangan yang seharusnya menggunakan Boeing 737 MAX 8 akan dialihkan menggunakan pesawat lain.
Aeromexico hanyalah satu dari sekian banyak maskapai penerbangan yang memutuskan untuk tidak menerbangkan pesawat keluaran terbaru Boeing itu dengan alasan keselamatan, mengingat pesawat jenis yang sama sudah dua kali jatuh hanya berselang lima bulan. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2018 pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air jatuh di perairan dekat Karawang, Jawa Barat.
Di tengah spekulasi bahwa tragedi itu kemungkinan disebabakan oleh gangguan perangkat lunak yang sama, otoritas penerbangan di Ethiopia, China dan Indonesia hari Senin memerintahkan agar semua Boeing 737 MAX 8 tidak diterbangkan.
“Kecekaaan keduanya sama-sama teradi ketika lepas landas dan memiliki sejumlah kesamaa,” kata pihak regulator penerbangan di China.
Sejumlah negara dan beberapa maskapai penerbangan kemudian mengikuti langkah China.
Otoritas Penerbangan Sipil Mongolia mengeluarkan perintah serupa kepada Mongolian Airlines. Perusahaan penerbangan milik pemerintah Mongolia itu saat ini sudah mengeoperasikan satu pesawat Beoing 737 MAX 8 dan sedang menunggu kedatangan tiga pesawat sejenis lagi.
Cayman Airlines dan Royal Air Maroc milik pemerintah Maroko juga dikabarkan mengistirahatkan Boeing 737 MAX 8 sambil menunggu hasil investigasi.
Singapura pada hari Selasa (12/3/2019) mengumumkan semua penerbangan baik keluar maupun masuk negaranya yang menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8 untuk sementara dilarang, kata Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) seperti dikutip Reuters.
Penerbangan yang menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8 ke Singapura antara lain SilkAir yang menggunakan 6 pesawat, China Southern Airlines, Garuda Indonesia, Shandong Airlines dan Thai Lion Air.
Laporan BBC menyebutkan hari Selasa Inggris mengikuti langkah Singapura, China, Malaysia dan Australia yang melarang pesawat Boeing 737 Max 8 terbang.
Civil Aviation Austhority (CAA) Inggris melarang pesawat jenis itu beroperasi atau melintas di wilayah udara Inggris sebagai tindakan pencegahan bencana.
Tui Airways dan Norwegian beroperasi di Inggris dengan menggunakan Boeing 737 Max 8.
Sebuah pesawat Turkish Airlines yang terbang menuju Birmingham telah ditolak masuk dan disuruh kembali ke Istanbul.
Sebuah pernyataan dari Tui mengkonfirmasi bahwa pihaknya mengandangkan pesawat-pesawat Boeing 737 MAX 8 miliknya. Tui yang yang berbasis di Hanover, mengoperasikan 15 pesawat buatan Boeing itu ke Inggris dan negara-negara Benelux.
Norwegian juga membatalkan penerbangan yang menggunakan pesawat tersebut.
Tidak ada maskapai penerbangan Australia yang menggunakan pesawat Boeing 737 MAX 8 sebagai armada angkutannya, tetapi SilkAir dan Fiji Airways melayani penerbangan dengan pesawat itu ke wilayahnya.
Pihak European Aviation Safety Agency (EASA) hari Selasa mengatakan akan melarang semua penerbangan yang menggunakan Boeing 737 MAX 8, memperluas larangan itu ke seluruh negara anggota Uni Eropa, lansir DW.
Sebelumnya Jerman sudah melarang jenis pesawat itu diterbangkan maskapai nasionalnya.
Pada hari Selasa, otoritas penerbangan Prancis DGAC juga melarang pesawat jenis itu melintas wilayah udaranya.
EASA menegaskan bahwa “penyebab pasti” kecelakaan Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan Lion Air pada Oktober 2018 yang merenggut nyawa 189 jiwa masih dalam proses investigasi.
“Sejak itu, satu kecelakaan fatal lainnya terjadi,” kata EASA merujuk kejadian nahas yang menimpa Ethiopian Airlines hari Ahad lalu.
Elmar Giemulla, pada bulan November 2018 pernah mengatakan kepada RT bahwa sekitar 200 pesawat 737 MAX buatan Boeing saat ini dipergunakan sebagai pesawat angkutan penumpang di seluruh dunia, dan semuanya berpotensi mengalami gangguan teknis serupa seperti yang telah dialami saudara-saudara kembarnya.*