Hidayatullah.com—Ribuan warga Berlin hari Sabtu (6/4/2019) turun ke jalan guna memprotes harga sewa rumah yang meroket dan menuntut pemerintah mengambilalih lebih dari 200.000 apartemen yang dijual ke pemilik-pemilik pribadi atau swasta, yang mereka tuding sebagai penyebab perubahan karakter ibukota Jerman tersebut.
Para aktivis mulai mengumpulkan tanda tangan untuk pengajuan proposal pemungutan suara di parlemen daerah setempat agar pihak berwenang mengambil alih kembali dari siapa pun pemilik yang menguasai lebih dari 3.000 rumah atau apartemen. Jajak pendapat menunjukkan tindakan semacam itu memungkinkan untuk diloloskan, memaksa pemerintah kota menyediakan anggaran miliaran euro untuk membeli kembali rumah-rumah yang diswastanisasi.
Demonstran berjalan menuju pusat kota sambil mengusung model ikan hiu raksasa sebagai simbol kerakusan disertai spanduk-spanduk menentang spekulator dan pemilik properti tamak.
“Kami memiliki pengalaman-pemgalaman sangat buruk dengan perusahaan-perusahaan properti ini selama bertahun-tahun, dan kami tahu mereka hanya menanggapi para pemilik sahamnya dan bukan kami sebagai penyewa. Kami tidak ingin mereka ada di kota kami lagi,” kata seorang penyelenggara unjuk rasa Rouzbeh Taheri kepada Reuters TV seperti dilansir DW.
Selama puluhan tahun setelah reunifikasi dua Jerman pada tahun 1990, Berlin menjadi magnet bagi para artis, musisi dan mahasiswa karena biaya sewa tempat tinggal di sana lebih murah dibanding kebanyakan kota besar Eropa lainnya. Sekitar 85 persen penduduk Berlin lebih memilih menyewa rumah daripada memilikinya yang kala itu dianggap justru tidak ekonomis.
Namun, dengan kedatangan sekitar 40.000 orang pertahun kurun satu dekade terakhir, harga sewa rumah atau apartemen naik dua kali lipat sejak 2008, menurut survei yang dilakukan portal online penyewaan rumah immowelt.de. Kota itu tidak lagi murah bagi para pendatang baru, sementara penduduk lawas mengatakan biaya sewa rumah semakin mencekik.
Di antara properti yang dijual ke pihak swasta kebanyakan adalah kompleks perumahan yang dibangun di era Komunis di bekas wilayah Jerman Timur. Banyak dari properti tersebut dibeli beberapa tahun terakhir oleh Deutsche Wohnen, “juragan rumah kontrakan” terbesar di Berlin yang menguasai 115.000 flat.
Senat Berlin memperkirakan biaya pembelian kembali rumah atau apartemen dari swasta bisa mencapai 36 miliar euro. Partai Sosial Demokrat, yang mempimpin koalisi pemerintahan kota itu, berpendapat bahwa dana sebanyak itu lebih baik dipergunakan untuk membangun rumah baru. Mereka lebih setuju penangguhan biaya sewa selama lima tahun untuk rumah atau apartemen yang disewakan saat ini.*