Hidayatullah.com–Ratusan umat Islam Yordania turun ke jalan Ibu Kota Amman untuk mengecam rencana perdamaian Washington guna mengakhiri konflik Palestina-Israel. Mereka juga menuntut pemerintah Yordania memboikot konferensi di Bahrain yang dilakukan pada minggu ini.
Sambil memegang bendera Yordania, para demonstran meneriakkan slogan-slogan protes terhadap Amerika Serikat (AS). Di antara para demonstran adalah para pemimpin gerakan Islam arus utama yang mengorganisir jalannya aksi.
Bergerak dari Masjid Husseini di pusat Kota Amman setelah shalat Jumat, para pengunjuk berteriak: “Wahai Trump, wahai Trump, menjauhlah dari kami. Yordania tetap tegar dan kami tidak akan pernah berlutut,” seperti dilansir dari Reuters, Jumat (21/6/2019).
Rencana perdamaian “Kesepakatan Abad Ini” yang dijanjikan Presiden AS Donald Trump telah menyentuh saraf politik di Yordania, tempat jutaan warga asal pengungsi Palestina tinggal bersama warga asli Yordania.
Sementara detail dari rencana ‘perdamaian versi AS’ ini masih samar, pendekatan Trump telah membangkitkan ketakutan lama dari setiap upaya untuk menyelesaikan konflik dengan cara sesuai keinginan Israel tetapi melupakan hak-hak Palestina dengan mengorbankan Yordania.
Baca: Seluruh Dunia Bereaksi Menolak Keputusan Donald Trump soal Baitul Maqdis
Para pemrotes juga meneriakkan slogan-slogan menentang partisipasi Yordania dalam konferensi yang disponsori AS di Bahrain, Selasa ini. Konferensi itu oleh Washington dianggap sebagai pendahuluan ekonomi atas prakarsa perdamaiannya yang telah lama tertunda.
“Tidak untuk normalisasi dengan Israel … turun, turun dengan konferensi Bahrain,” teriak pemrotes yang marah yang mencampurkan nyanyian pro-Islam dan retorika anti-Barat.
Meskipun Yordania akan bergabung dengan konferensi untuk menggelar bagian ekonomi dari rencana Trump, negara itu akan memberikan pesan di sana bahwa tidak ada tawaran tunai dapat menggantikan solusi politik guna mengakhiri pendudukan Israel di Tepi Barat, kata para pejabat.
“Kami datang untuk mengatakan dengan satu suara bahwa sebagai warga Yordania kami menolak konferensi Bahrain. Ini memalukan bagi mereka yang berpartisipasi,” kata Murad al Adaylah, Kepala Front Aksi Islam (IAF), sayap politik Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi terbesar di negara itu.
Sementara pihak kerajaan memiliki perjanjian damai dengan Israel dan mempertahankan ikatan keamanan yang kuat, banyak warga Yordania membenci Israel dan mengidentifikasi dengan aspirasi untuk negara Palestina.
Namun beberapa pengusaha dan pejabat secara pribadi mengatakan Yordania yang kesulitan ekonomi dapat mengambil untung dari rencana perdamaian Timur Tengah yang menjanjikan miliaran bantuan dan pembiayaan proyek.
Sementara itu, ribuan orang melakukan aksi protes hari Ahad di Maroko menolak terhadap konferensi di Bahrain.
Para demonstran berkumpul di Ibu Kota Rabat dekat dengan parlemen Maroko dan mengecam “rezim pengkhianat Arab” karena berencana ikut menghadiri konferensi, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Para demonstran berteriak, “Matilah Israel!” dan “Matilah Amerika Serikat!”, serta membakar bendera Israel.
Otoritas Palestina (PA) memboikot acara tersebut. Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyerukan dukungan untuk warga Arab di Yerusalem. Ia mencatat kota itu akan terus menjadi simbol Arabisme dan akan terbuka untuk semua agama.
Dalam sebuah pidato di sebuah konferensi di Jenewa, Shtayyeh mengatakan bahwa masalah Palestina menghadapi sejumlah tantangan, termasuk apa yang disebut “Kesepakatan Abad Ini”, inisiatif Amerika untuk menyelesaikan konflik, dan upaya untuk memeras warga Palestina sehingga mereka menerima inisiatif.
Mesir dan Yordania mengonfirmasi bahwa mereka akan mengirim delegasi ke Manama, yang juga akan dihadiri oleh negara-negara Arab Teluk yang kaya energi, termasuk Maroko dan Israel.
Sebelum ini, gerakan perlawanan Palestina, Hamas, telah lama menolak usulan Amerika Serikat ini.
Petinggi Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) melalu Twitter, bulan Mei 2019 menyerukan untuk memboikot Konferensi Ekonomi di Manama, Bahrain yang di usung oleh Washington ini.
Ia mengatakan bahwa langkah Amerika mengadakan pertemuan di Bahrain bertujuan untuk menghapus kedaulatan Palestina.Menurutnya, rakyat Palestina bersatu menolak Kesepakatan Abad Ini, karena hanya mendukung kepentingan penjajah Israel.
“Setiap upaya memperbaiki citra Israel melalui solusi ekonomi tidak akan membuahkan hasil, kami setia pada darah para syuhada yang telah dikorbankan. Kami juga menyerukan seluruh negara Arab dan dunia internasional untuk memboikot konferensi Bahrain dan sejenisnya,” tulisnya seperti dikutip Rt Arabic.*