Hidayatullah.com—Nilai mata uang Iran hari Ahad (9/9/2012) menembus titik terendah baru terhadap dolar, sementara bank sentral mengatakan bahwa mereka sedang berusaha keluar dari keterpurukan di tengah-tengah perang ekonomi dunia.
Para penjual mata uang di lapangan menukar satu dolar AS dengan 23.710 riyal Iran, begitu menurut sejumlah situs yang menampilkan nilai kurs terbaru secara real-time dan seorang pedagang valas yang dihubungi lewat telepon, tulis AFP.
Nilai tukar itu menunjukkan depresiasi lebih dari tiga persen sejak hari Sabtu lalu dan lebih dari delapan persen sejak hari Rabu sebelumnya, saat Presiden Mahmud Ahmadinejad mengakui di televisi pemerintah bahwa sanksi dari negara Barat telah menyebabkan “masalah” dalam ekspor minyak dan transaksi keuangan internasional Iran.
Nilai tukar di lapangan itu besarnya hampir dua kali nilai tukar yang dipatok pemerintah yaitu 12.260 riyal untuk per satu dolar AS
Tahun ini saja, riyal Iran sudah kehilangan nilainya sekitar separuh. Hal itu terjadi sejak bulan Januari, setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat mengumumkan sanksi yang berlaku sejak bulan Juli.
Depresiasi tersebut menambah beban inflasi, yang menurut bank sentral sebesar 23,5 persen, namun menurut pengamat di luar lebih tinggi dari angka itu. Dan Bank Sentral Iran mengaku tidak dapat berbuat apa-apa, selain mengontrolnya.
“Bank Sentral tidak dapat secara sistematis menurunkan nilai tukar, tetapi kami berusaha untuk mengendalikannya,” kata Gubernur Bank Sentral Iran Mahmud Bahmani kepada kantor berita ISNA, dikutip AFP.
“Situasi kami merupakan salah satu perang. Kami bertempur dalam sebuah perang ekonomi dengan dunia,” kata Bahmani.
Harga bahan makanan dan barang impor di Iran akibatnya menjadi semakin mahal.*