Hidayatullah.com — Banjir besar telah membuat ribuan Muhajirin Rohingya kehilangan tempat berlindung di kamp-kamp pengungsi Bangladesh. Banjir tersebut disebabkan oleh badai monsun musiman selama berhari-hari yang melanda wilayah tersebut, lansir Daily Sabah.
“Banjir menghanyutkan ratusan tenda darurat kami, terutama di kamp pengungsi Balukhali, dan beberapa ribu orang kami sekarang kehilangan tempat tinggal,” kata Jalal Ahmed, seorang pengungsi Rohingya di kamp Balukhali, kepada Anadolu Agency (AA).
Dia mengatakan banyak dari mereka telah berlindung di beberapa pusat yang dikelola oleh lembaga bantuan internasional dan organisasi nonpemerintah (LSM) sementara yang lain berlindung di tenda kerabat terdekat mereka.
Menurut catatan resmi, setidaknya lima orang Rohingya tewas pada hari Selasa dalam tanah longsor di kamp pengungsi Balukhali di distrik selatan Cox’s Bazar, sementara beberapa lainnya terluka.
Dua warga juga tewas dalam tanah longsor terpisah saat rumah mereka yang terbuat dari lumpur runtuh.
“Hampir setiap tahun, kami menderita hujan dan banjir di kamp-kamp. Kami membutuhkan solusi permanen,” keluh pengungsi Rohingya Sobeda Khatun, yang sekarang juga kehilangan tempat tinggal karena banjir yang melanda.
Otoritas pengungsi Bangladesh, bagaimanapun, mengatakan terlalu dini untuk menghitung berapa banyak Rohingya yang kehilangan tempat tinggal karena hujan masih berlangsung.
“Hujan deras selama beberapa hari terakhir, dan itu masih berlangsung. Jadi sulit bagi kami untuk mengetahui jumlah pasti pengungsi Rohingya sekarang. Kami sedang berupaya untuk memindahkan mereka yang terkena dampak ke tempat yang lebih aman,” Shamsud Douza, komisaris tambahan Komisi Bantuan dan Pemulangan Pengungsi Bangladesh, mengatakan kepada AA.
Dia menambahkan bahwa itu adalah prioritas mereka agar tidak ada Rohingya yang tertinggal dari tempat penampungan selama periode kritis ini.
Bangladesh sekarang menjadi rumah bagi lebih dari 1,2 juta muslim Rohingya tanpa kewarganegaraan, yang sebagian besar melarikan diri dari tindakan keras militer brutal di negara asal mereka Myanmar pada Agustus 2017.
Ribuan warga Rohingya yang teraniaya di kamp-kamp pengungsi terbesar di dunia ini telah tinggal di lereng bukit yang curam dengan risiko hidup, terutama selama musim hujan, karena mereka harus hidup dengan ancaman longsor yang mengancam kapan saja.*