Hidayatullah.com–Anggota komunitas minoritas Yahudi Sudan yang pergi meninggalkan kampungnya puluhan tahun lalu diundang untuk kembali pulang ke kampung halaman mereka.
“Sudan adalah negeri pluralistik,” kata Menteri Agama Sudan dari pemerintahan yang baru ketika mengumumkan keputusan itu, seperti dikutip BBC hari Senin (9/9/2019).
Menaggapi undangan pulang kampung tersebut Daisy Abboudi, seorang penulis keturunan Yahudi Sudan berkata, “Hal itu terjadi pula di negara-negara Afrika lain di bagian tengah dan utara, jadi bukan sesuatu yang sama sekali belum pernah terdengar.”
“Itu merupakan langkah awal yang sangat positif,” ujarnya kepada BBC Newsday.
Kebanyakan Yahudi Sudan datang ke negeri itu di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 Masehi. Namun, komunitas kecil Yahudi sudah ada di Sudan jauh sebelum itu.
“Alasannya sangat menarik dan unik, yaitu karena negeri itu merupakan campuran dari Yahudi di seluruh Timur Tengah, dan mereka juga mengadopsi budaya dan tradisi Sudan.
Abbouddi mengatakan bahwa budaya kosmopolitan mereka diwariskan turun-temurun melalui makanan –seperti lewat hidangan molokhia– dan dalam lagu kanak-kanak.
Orang-orang Yahudi kemudian pergi karena mereka menjadi target ketegangan menyusul pembentukan negara Israel, kata Abboudi.
“Kala itu ada beberapa tuduhan –seperti spionase– yang semuanya palsu. Kemudian pada tahun 1967 terjadi Perang Enam Hari dengan Israel dan semua laki-laki muda Yahudi yang tertinggal di Sudan ditangkap dan ditahan selama beberapa hari tanpa dakwaan, sampai peperangan usai, kemudian mereka dilepaskan.”
“Dan itulah titik di mana semua orang yang tertinggal berpikir ‘kami harus pergi’,” kata Abboudi.*